Senin, 20 Mei 2013

Pembelajaran Luhur Dari Negeri Matahari Terbit : Refleksi Hari Kebangkitan Nasional

"Pada kenyataannya rumput tetangga tidak selalu lebih hijau. Sama sekali tidak. Pagar tidak berkaitan dengan hal ini. Rumput menjadi paling hijau jika diairi."
W. Somerset Mougham
 
Saat penulis telah menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar Sarjana, penulis kecewa terhadap dirinya sendiri karena tidak punya uang. Penulis telah membaca dan mencari data dari beberapa media ternama dan menemukan data bahwa hidup di Republik Indonesia ini tidak adil. Sebagian orang mempunyai banyak uang, sebagian orang lagi tidak mempunyai uang. Disitulah titik tekanannya, jika kita tidak memiliki uang, maka sedikit kemungkinannya kita sukses dalam kehidupan di masa mendatang. Di waktu yang sama, penulis menemukan statistik yang mencengangkan. Dari sebuah riset yang dilakukan lembaga kredibel yang independen, dari seratus orang yang diambil samplenya secara acak pada sebuah asuransi ternama berskala nasional, hal itu megungkapkan bahwa dari seratus orang peserta asuransi pensiun yang mencapai usia pensiun, hanya empat orang yang akan kaya. Kemudian enam dari seratus orang akan bebas secara keuangan. Selanjutnya lima belas orang akan memiliki tabungan. Namun 75% sisanya akan bergantung pada pensiunan, tetap bekerja di hari tuanya, dan ada juga yang bisa bangkrut. Masalahnya adalah hal itu terjadi setelah bekerja dengan gaji tinggi seumur hidup dilingkungan yang paling berpengaruhdalam peradaban.
 
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada dua faktor mengapa orang yang pensiun dalam keadaan miskin, tidak peduli pada berapa banyak yang mereka dapatkan dalam masa kerjanya mereka seumur hidup. Kebanyakan dari ereka tidak pernah memutuskan untuk pensiun dalam keadaan bebas secara finansial. Mereka mempunyai keinginan, harapan, dan berdo'a, namun mereka belum pernah membuat suatu keputusan bahwa mereka akan bebas secara finansial. Kemudian faktor berikutnya adalah walaupun mereka telah memutuskan untuk pensiun dengan kondisi kaya, mereka terlambat mengambil keputusannya. Mereka selalu mempunyai alasan yang bagus untuk menundanya.
 
Mungkin kita perlu sebuah role model atau acuan dalam membangkitkan potensi diri kita yang belum aktif dan tidak lagi menunda-nunda apa yang seharusnya diperbuat. Penulis memilih Jepang dalam hal ini. Mengapa Jepang? Penulis melihat Jepang sangat taat dan disiplin dalam setiap sisi kehidupannya. Mungkin hal dibawah bisa jadi faktor tambahan mengapa penulis memilih Jepang sebagai acuan dalam membangkitkan potensi diri untuk mandiri, berikut kenyataannya yang ditemukan :
1. Murid-murid sekolahan di Jepang membersihkan sekolah mereka setiap hari antara 15-30 menit bersama-sama dengan gurunya dengan tujuan untuk menciptakan generasi muda yang gemar dan cinta akan kebersihan.

2. Siapapun yang membawa hewan peliharaannya jalan-jalan harus membawa kantong untuk memungut kotorannya. Karena kebersihan merupakan 'bagian dari budaya'.

3. Petugas kebersihan di Jepang disebut 'Insinyur Kebersihan' dan mendapatkan gaji setara Rp 50.000.000 per bulan. Seleksinya melalui tes tertulis dan wawancara.

4. Jepang adalah negara yang miskin sumber daya alam dan ratusan kali mengalami gempa bumi dalam setahun, tapi negaranya justru menjadi negera ke dua dengan ekonomi terkuat di dunia.

5. Kota Hiroshima hanya membutuhkan waktu 10 tahun untuk bangkit kembali dari keterpurukan ekonomi pasca jatuhnya bom atom di kota tersebut pada waktu Perang Dunia II.

6. Pemerintah Jepang melarang penggunaan handphone di kereta, restoran, dan beberapa ruang tertutup khusus lainnya.

7. Pelajar Jepang sejak SD sudah harus belajar etika moral & sopan santun untuk berinteraksi dengan orang lain.

8. Meskipun secara ekonomi Jepang adalah negara yang kaya tapi umumnya warganya tidak memiliki pembantu karena masing-masing orang tua bertanggung jawab sendiri mengelola rumah & anak-anaknya,

9. Pelajar Jepang tidak ada ujian sampai kelas 3 SD, karena hingga kelas 3 SD konsep pendidikannya hanya untuk membangun & mengembangkan akhlak (konsep mendorong/Gekirei), bukan sekedar menguji kemampuan atau 'mendoktrin'.

10. Jika makan di restoran all you can eat (makan sepuasnya) orang Jepang biasanya hanya mengambil secukupnya & tidak pernah menyisakan makanan untuk dibuang.
11. Tingkat keterlambatan kereta di Jepang hanya 7 detik/tahun. Karena mereka sungguh-sungguh menghargai waktu, mereka tepat waktu sampai ke menit dan detik.


Dari beberapa faktor diatas, penulis menyadari bahwa bangkit itu seperti apa yang dikatakan  Dedi Mizwar dalam iklannya yang telah di modifikasi pada sebuah video unik. Videonya bisa ditonton disini :







Dari video ini penulis berpikir bahwa kita harus membiarkan kaki kita ini melangkah dengan memulai usaha kita sendiri hari ini, sekalipun hanya sebagai wanita karir atau pria eksekutif, ataupun memulai bisnis sendiri tanpa mendaftar dimanapun. Kemudian mungkin kita harus membayangkan bahwa kita sudah memiliki kekayaan, kemudian pikirkan jenis usaha apa yang kita inginkan dengan mulai melakukan penelitian di bidang yang diminati. Kemudian dengan melihat jauh ke depan, kita tentukan subjek apa yang harus dapat dipelajari untuk membangun bisnis atau karir yang sukses dengan membuat rencana dan mulailah hari ini. Kalau yang bisnis, tentukan saja produk atau jasa yang diminati sesuai dengan hal yang disenangi, begitupun yang berkarir, bisa memilih bidang yang sesuai minatnya pula, karena dengan hal itu, bisa membuat kita bangga dalam menjalankannya, ini bukan hanya masalah uang, namun penulis berpikir ini terkait dengan kepuasan jiwa atau kepuasan bathin. Selanjutnya mungkin kita harus melihat profesi karir kita saat ini, karena dengan melihat itulah kita harus memutuskan nilai keahlian tambahan apakah yang dapat kita pelajari dan dapatkan, dan apakah kita memperolehnya dalam pekerjaan kia? Atau dengan memperolehnya dari kursus atau pelatihan? Itu pilihan masing-masing, yang jelas gunakan karir kita sebagai jembatan menuju kebangkitan atas kesuksesan kita di masa mendatang. 


Dengan pengalamanlah kita belajar, maka dengan pengalaman pula kita dapat mengidentifikasi di bidang mana kita bisa mengetahui kebutuhan diri kita akan sebuah pengalaman lebih untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada karir kita saat ini, maupun dalam bisnis pribadi kita masing-masing dengan membuat rencana untuk masuk ke dalam salah bidanmg yang dibutuhkan itu secepatnya. Kemudian yang terakhir kita harus mencari peuang dimana-mana, peluang tidak harus peluang bisnis, peluang untuk mengembangkan relasi juga penulis pikir sangat baik. Dengan mengembangkan karakter kita yang open minded atau berpikiran terbuka dan merasa ingin tahu mengenai kebutuhan  yang tidak terpuaskan dan masalah yang belum terselesaikan. Dari sanalah apa yang kita butuhkan hanyalah satu ide untuk menghasilkan kemandirian untuk bangkit dan mengalihkan perhatian dunia pada negeri Ibu Pertiwi ini. Selamat Hari Kebangkitan Nasional Republik Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar