Minggu, 24 Mei 2020

Khutbah Idul Fitri 1441 Hijriyah Di Rumah: Memulihkan Ekonomi Ditengah Pandemi

Keluargaku yang dirahmati Allah.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat hidayah dan inayah-Nya pada pagi hari ini kita berkumpul di dalam rumah ini untuk mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dan tasbih dilanjutkan menunaikan sholat idul Fitri. Selanjutnya sholawat dan salam marilah kita doakan semoga selalu dilimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, tabi' dan tabi'in serta para pengikutnya agar istiqimah hingga akhir zaman. Pada saat ini kita semua bersyukur pada Allah subhanahu wata’ala bahwa kita telah melaksanakan ibadah Ramadhan. Semoga Allah menerima puasa dan qiyam (ibadah malam kita). 
Semoga Idul Fitri ini membawa keberkahan bagi kita semua. Pada hari ini sejatinya lahir pribadi-pribadi yang bertakwa. Hasil dari pelaksanaan puasa Ramadhan sebulan penuh. Sebab, demi mewujudkan takwalah puasa Ramadhan diwajibkan atas kita. Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).

Takwa yang diharapkan tentu takwa yang sebenarnya. Demikian sebagaimana yang juga Allah SWT tuntut atas diri kita yang telah Allah SWT sampaikan dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 102 berikut: 
Semoga kita semua, termasuk keluarga kita, menjadi orang-orang yang bertakwa yang diridhai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah jumpakan kita dengan Ramadan tahun yang akan datang dalam keadaan sehat, selamat, beruntung, dan Allah berikan kekuatan untuk melakukan ketaatan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Wabah yang kita hadapi saat ini adalah ujian dari Allah subhanahu wata’ala yang barangkali terjadi karena kesombongan dan kesalahan manusia agar kita kembali kepada Allah subhanahu wata’ala. 
 "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar-Rum 30: 41).

Keluargaku yang dirahmati Allah,

Allah mengirim wabah ini untuk mengingatkan kembali kepada kita bahwa diri kita hanyalah hamba yang lemah, agar kita melepaskan diri dari kesombongan kita, dan mengakui keagungan Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak manusia disombongkan oleh ilmunya, kedudukannya, dan hartanya. Tapi oleh wabah ini, mereka semua tak berdaya. Virus Corona sudah menjadi pandemi global karena kebencian juga telah tersebar secara global. 
Beberapa waktu lalu lini masa media sosial dibanjiri dengan artikel dan opini yang berkaitan dengan kegiatan pulang ke kampung halaman bersama atau lebih dikenal dengan sebutan mudik. Di samping itu masih adanya penyebaran pandemi virus corona yang melumpuhkan kegiatan mudik tahunan. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan terhadap komitmen pemerintah dalam melindungi rakyatnya dalam menghadapi pandemi vitus corona yang kita tidak tahu sampai kapan akan berakhir penyebarannya. 

Mudik telah menjadi tradisi bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dalam tradisi mudik, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah yang besar dalam tempo satu hingga dua minggu. Menurut data dari Price Waterhouse Cooper pada tahun 2014, tingkat populasi urbanisasi Indonesia sebesar 51,4 persen. Angka tersebut mengantarkan Indonesia pada posisi tertinggi kedua setelah Malaysia dengan angka sebesar 73,4 persen. Sedangkan negara anggota ASEAN lainnya, seperti Vietnam hanya 31,7 persen, Thailand 34,5 persen, dan Filipina 49,1 persen. 
Mudik telah membuat jutaan orang dengan sadar bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan yang terjadi dalam tradisi mudik merupakan refleksi kemanusiaan sebuah bangsa. Dimana manusia Indonesia masih mempunyai ikatan emosional yang tercipta pada tempat dimana mereka berasal dan dibesarkan. Maka sudah sepantasnya jika dan hanya jika pemerintah sadar betul lahir dan bathinp, peduli dengan protokol penanganan virus corona dengan membuat aturan dari produk hukum yang tegas dan jelas. Sehingga penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berjalan dengan efektif dan efisien tanpa sandiwara esuk dele sore tempe.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu

Keluargaku yang dirahmati Allah, munculnya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan permintaan uang pada masa hari raya. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pembayaran Tunjangan hari raya dan gaji ke-13 serta gaji ke-14. Dana yang diperoleh orang yang berdagang dan bekerja namun tidak bisa mudik pada tahun inilah yang nantinya akan beralih fungsi menggerakan perekonomian. Dana tersebut sangat bermanfaat pada saat pandemi seperti sekarang ini, karena banyak saudara sebangsa dan setanah air yang memerlukan bantuan untuk tetap bertahan hidup dan menafkahi keluarganya. Di bulan Ramadhan sebagai bulan pendekatan diri kepada Allah SWT, hendaknya kita dapat menjadikan momentum membangun solidaritas sosial antar anak bangsa dalam mencegah penyebaran Covid-19 dan lesunya aktivitas perekonomian saat perayaan Idul Fitri. Hadirnya instrumen Zakat, Fidyah, Infaq dan Shodaqoh adalah sarana yang sangat efektif untuk mencapai kesejahateraan. Lewat zakat, fidyah, infaq dan shodaqoh kita juga bisa ikut menyukseskan upaya pemerintah menangani penyebaran COVID-19. Dengan mengeluarkan zakat fitrah sebesar 3,5% dari harga beras yang dikonsumsi agar menyucikan jiwa, kita telah berkontribusi untuk menyelamatkan setiap jiwa dari kekufuran. Kemudian dengan membayar fidyah bagi yang tidak mampu melaksanakan puasa di bulan Ramadan, dapat berkontribusi juga untuk menyelamatkan orang-orang yang sedang terdampak corona karena tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup. Dengan infaq dan bersedeqah juga, kita telah melakukan distribusi pendapatan dan kekayaan kepada orang yang membutuhkan. 

Disamping itu kita juga dapat memperoleh pahala dan ganjaran yang dijanjikan Allah lebih baik lagi dari nilai uang yang telah diinfaqkan dan dishodaqahkan.
Hal tersebut tentunya akan terwujud jika kita mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh dalam kehidupan kita agar mencapai keselarasan hidup berbangsa dan bernegara. Ramadan sebagai bulan pendekatan diri kepada Allah SWT telah usai. Maka sepatutnya dapat kita jadikan momentum membangun solidaritas sosial antar anak bangsa dalam mencegah penyebaran Covid-19 dan lesunya aktivitas perekonomian pada saat perayaan Idul Fitri.

Puasa Ramadan yang tidak dapat dirayakan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya tidak lantas menyurutkan niat baik kita untuk senantiasa berbagi kepada orang-orang di sekitar kita. Masa-masa sulit ini akan terasa mudah apabila masing-masing pihak mengedepankan solidaritas sosial di masyarakat. Tentu hal itu bukan urusan mudah. Namun dengan niatan kuat dengan sikap ikhlas dan hanya mengharapkan ridho Allah SWT, niscaya keadaan sesulit apapun akan terasa lebih ringan.

Idul Fitri yang kita rayakan saat ini akan terasa berbeda dengan kebiasaan perayaan tahun-tahun sebelumnya. Sebelum perayaan Idul Fitri, dilaksanakan terlebih dahulu pembayaran zakat fitrah, sebagai wujud pembersihan harta yang dimiliki dari hal-hal yang dapat menghalangi amal saleh tiap umat Muslim. Seperti yang disampaikan Allah SWT dalam surat Al Maun ayat 1-7
Artinya:  Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang sholat. Yaitu, orang-orang yang lalai terhadap shalatnya. Yang berbuat riya. Dan enggan (memberikan) bantuan.

Dari surat Al Maun kita diingatkan bahwa beribadah secara personal saja tidak cukup jika tidak dikombinasikan dengan ibadah sosial. Keduanya harus berjalan dengan beriringan. Inilah sesungguhnya wujud keselarasan dari nilai Pancasila, sila pertama dan kelima yang seharusnya dapat selaras dan dipraktikkan di lingkungan sekitar kita. Kondisi ketimpangan sosial karena dampak penyebaran virus corona yang menimpa sebagian masyarakat perlu terus diperjuangkan oleh masyarakat, alim ulama, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sehingga berislam itu berdampak secara sosial, tidak hanya berhenti pada urusan pemenuhan kebutuhan spiritual untuk diri sendiri.

Semangat berbagi itulah yang menjadi semangat solidaritas sosial antar sesama menjadi relevan sehingga kita dapat segera melampaui fase-fase sulit akibat musibah global dari Covid-19. Ikatan sosial yang kuat akan berdampak pada optimisme dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga, puasa Ramadan dan Idul Fitri merupakan sarana pemersatu bangsa dan peluang untuk mewujudkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

Bulan Ramadhan dan kesulitan yang kita alami karena wabah ini Insya Allah membersihkan kita dari kotoran-kotoran akhlak tercela. Maka seyogyanya kita jaga kesucian ini. Berkat wabah ini keluarga kita bisa lebih dekat lagi. Maka marilah kita saling memberi maaf sehingga rahmat Allah melimpah untuk keluarga kita, orang tua, dan leluhur kita. Semoga Allah mengampuni dan meridhai keluarga kita dan mereka semua. Semoga Allah selamatkan kita, dokter-dokter, tenaga medis dan para asistennya yang sedang berjuang dalam lelah, penat dan letih dalam menyembuhkan pasien virus corona, orang tua kita, saudara kita, guru-guru kita, jamaah kita, kampung kita, bangsa kita, dan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari wabah ini. Amin.