Kamis, 04 Juni 2020

Normal Baru: Runtuhnya Ilusi Kemewahan dan Bangkitnya Ekonomi Masyarakat

Normal baru setelah pandemi adalah sebuah penantian bagi setiap orang setelah pandemi corona berakhir. Setelah pandemi menyebar ke seluruh dunia sejak bulan Januari 2020 lalu, dunia menjadi abnormal. Semua kegiatan menjadi terbalik. Bekerja dari rumah yang sebelumnya rata-rata mayoritas orang bekerja di kantor. Belajar dari rumah yang rata-ata banyak orang lakukan  sebelumnya di sekolah dan kampus. Beribadah dari rumah yang rata-rata banyak orang lakukan sebelumnya di rumah ibadah masing-masing agama dan kepercayaan. Menjaga jarak interaksi sosial dengan teman dan orang-orang disekitar jika bepergian keluar rumah. Namun setelah semua yang terjadi sampai saat ini, apakah kita sudah siap menyongsong normal baru secara pribadi maupun secara menyeluruh?

Pandemi corona telah mengubah pola hidup manusia di seluruh dunia menjadi lebih baik. Hadirnya virus corona mulai membiasakan manusia untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, berjemur pada saat adanya sinar matahari pagi, menggunakan masker jika hendak pergi ke luar rumah, mengganti baju setelah beraktivitas di luar rumah, mengonsumsi makanan yang mengandung zat yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, minum air putih hangat secara rutin sebelum dan sesudah beraktivitas. Semua dilakukan dengan cara sederhana dan disiplin. Tidak mengeluarkan uang yang banyak agar dapat bertahan saat pandemi. Disinilah munculnya pola pikiruntuk menabung dan tidak membelanjakan uang untuk hal yang tidak menjadi prioritas. Uang yang dimiliki telah dipersiapkan untuk bekal bertahan hidup saat masa pandemi.

Hadirnya virus corona juga telah mengubah segala bentuk kegiatan ekonomi. Pabrik yang harusnya beraktivitas produksi barang, terkena imbas harus membatasi produk karena jumlah pekerja harus dikurangi. Bahkan ada pabrik yang tidak bisa beroperasi karena standar operasi pabriknya harus melibatkan seluruh pekerja. Sehingga harus menghadapi konsekuensi merumahkan para pekerja atau memutus hubungan kerja karyawan demi menyelamatkan anggaran perusahaan. Tidak hanya industri padat karya, industri pariwisata juga sangat terpukul atas kondisi saat ini. Contohnya Provinsi Bali yang mata pencarian mayoritas masyarakatnya berasal dari industri pariwisata, bulan Maret 2020 mengalami penurunan drastis terhadap jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Restoran disana ada yang tutup sampai waktu yang tidak ditentukan dan ada yang bangkrut. Ada  juga Restoran yang tetap beroperasi dengan jumlah karyawan seadanya karena penjualan harian jauh dari target seperti biasanya serta harus menempuh konsekuensi merumahkan sebagian besar karyawan. Pemutusan hubungan kerja juga terjadi pada sektor ritel, jasa transportasi darat dan udara.

Lumpuhnya kegiatan ekonomi juga membuat gaya hidup sebagian masyarakat berubah. Dari yang sebelumnya rela memaksakan diri untuk mengeluarkan uang banyak terhadap suatu barang dari merek ternama untuk bermewah-mewahan dengan tujuan meningkatkan reputasi sosial, kini hanya dapat membuat video dari dapur rumah untuk menciptakan sebuah minuman dari resep kopi kekinian yang berasal dari negeri gingseng yang sudah tersebar luas. Munculnya kembali es krim premium yang pernah mengguncang isi dompet banyak orang serta hadirnya cemilan kukis krim yang dibalut dengan merek fesyen ternama yang harganya tidak masuk akal karena besar biaya kirim untuk impor dan efek harga mahal karena dijual secara lelang karena sebagian penjual yang menjual barangnya dengan cara lelang merupakan contoh mulai runtuhnya kesan mewah dari sebuah produk. Ditambah lagi dengan kondisi pada saat pandemi, orang akan berpikir lebih keras dan cenderung tidak bahagia ketika uangnya tinggal sedikit untuk hanya sekedar mewujudkan ilusi hiperrealitas yang telah tercipta dari sebuah kemewahan.

Hiperrealitas adalah konsep yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard dalam bukunya yang berjudul Simulacra. Sebuah konsep dimana realitas yang dalam konstruksinya tidak bisa dilepaskan dari produksi dan permainan tanda-tanda/simbol-simbol yang melampaui realitas aslinya. Kemewahan yang disajikan hanyalah sebuah ilusi, tidak kekal dan tidak abadi. Es krim dan kukis krim premium dengan harga yang fantastis tadi tidaklah lebih berharga dari kebutuhan untuk bertahan hidup. Dimana saat ini untuk memperjuangkan kehidupan saja kita dipaksa berdamai dengan virus Corona agar roda perekonomian berputar. Kebutuhan-kebutuhan hiperrealita yang tidak lagi diprioritaskan itu yang menjadi dasar suatu industri yang berbasis hiperrealita akan menurun atau bahkan mati selama periode darurat pandemi ini. Prioritas hidup setiap orang saat ini fokus kepada pemenuhan kebutuhan primer demi keberlangsungan hidup dirinya sendiri dan kehidupan keluarganya.

Normal baru yang akan hadir nantinya mengatur ulang kehidupan manusia. Kondisi abnormal yang terjadi sebelumnya telah menjadikan banyak pelajaran dan perbedaan atas segala aspek kehidupan yang akan dijalankan manusia untuk fase selanjutnya. Ada orang yang kehilangan pendapatan karena pemutusan hubungan kerja dan mulai dari awal lagi untuk berjuang hidup. Ada orang yang kehilangan popularitas dan pengikutnya karena sebuah sensasi dalam membuat konten sebagai cara mendulang uang dari dunia maya serta harus memulai kembali dari awal untuk memperjuangkan kehidupannya dari dalam hotel prodeo. Seolah-olah virus corona hadir seperti seseorang yang sedang menekan tombol atur ulang. Dari pengaturan ulang, nantinya akan terlihat perbedaan sebelum dan sesudah diatur ulang yang kita kenal dan kehendaki sebagai normal baru. Namun, selama masa pandemi juga bentuk kepedulian manuasia sebagai makhluk sosial antara satu dengan lainnya terlihat. Hadirnya donatur untuk menghadapi virus corona, baik dari pengadaan alat-alat yang dibutuhkan tenaga medis hingga yang bergotong-royong menyediakan makanan dan memberikan uang untuk orang-orang yang terkena dampak virus corona. Bantuan mulai bergulir ditengah wabah atas dasar kemanusiaan dan persamaan nasib karena terdampak virus corona. Pemerintah pusat dan daerah juga bergerak untuk memberikan bantuan walaupun dalam pelaksanaannya masih simpang siur karena data penerima bantuan belum diperbaharui sehingga penerima bantuan sosial tidak sesuai yang diajukan oleh pemerintah daerah. Disinilah pemerintah pusat dan daerah harus melakukan evaluasi terhadap pola pikir dan cara lama yang mereka gunakan karena sudah tidak berfungsi dengan baik agar diatur ulang sistem dan pelaksanaan teknisnya. Dari kepedulian antar sesama, perekonomian rakyat mulai bergulir. Bantuan dan donasi yang diberikan antar sesama bermanfaat untuk menyambung hidup menuju fase normal baru. Dalam situasi saat ini hal yang terpenting adalah kita akan bahagia jika bisa membuat orang lain juga bahagia. Jadi bahagia dengan berbagi tanpa menjatuhkan orang lain. Kemudian dengan meluangkan waktu bersama keluarga juga dapat membantu untuk memperoleh kebahagiaan sekaligus menghemat pengeluaran. Sehingga ketika ada dorongan hasrat untuk selalu ingin mendapatkan lebih atau tampil melebihi dari apa yang ada pada kebutuhan orang-orang secara umum karena ilusi kemewahan bisa kita kendalikan dan kebutuhan dasar untuk hidup dapat terpenuhi.

Ketika kebutuhan dasar manusia terhadap kesehatan dan kemandirian keuangan sudah terpenuhi, maka sudah sepantasnya untuk menatap normal baru yang penuh dengan kesadaran diri untuk tetap melindungi diri dan keluarga, melindungi keuangan pribadi dan keluarga, serta menjaga emosi agar tetap sehat dan kondisi tubuh stabil. Dengan stabilnya kebutuhan hidup dan kesehatan, maka akan dapat menciptakan kebahagiaan dari dalam diri dan keluarga. Kebahagiaan akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk menyambut normal baru. Karena sampai saat ini vaksin untuk virus corona belum tersedia. Apabila kebutuhan dasar tersebut sudah terpenuhi, maka sudah saatnya untuk membangkitkan perekonomian demi keberlangsungan hidup untuk jangka menengah dan panjang. Kita tidak bisa mengandalkan pendapatan dari satu saluran saja. Apalagi untuk kedepannya iuran asuransi kesehatan dari pemerintah untuk kelas 1 dan 2 sudah dinaikkan kembali. Belum lagi ada pungutan lain dari perusahaan seperti iuran koperasi, tabungan pensiun dan yang terbaru ada peraturan presiden untuk tabungan perumahan rakyat (TAPERA) yang mewajibkan TNI, POLRI, calon PNS, ASN, pegawai BUMN beserta turunan anak usahanya, pegawai BUMD beserta turunan anak usahanya pegawai swasta untuk iuran sebesar 3% (2,5% dari pendapatannya dan 0,5% ditanggung instansi/perusahaannya) setiap bulan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan jika ingin membeli sesuatu yang lebih dari yang kita butuhkan saat memasuki fase normal baru. Maka sebaiknya kita investasikan uang yang ada untuk deposito berjangka 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan, asuransi kesehatan dan perlindungan diri dan keluarga, membeli reksadana dan saham yang kinerjanya tidak terkena dampak pandemi, serta membeli emas untuk menjaga nilai uang agar tidak berdampak pada inflasi. Kemudian juga bisa menambah penghasilan dengan membuka usaha baru yang dapat menghasilkan uang secara perlahan namun pasti seperti berjualan melalui toko daring yang menjual perabot rumah tangga, alat memasak, aksesoris unik, cemilan, makanan instan, makanan cepat saji dan makanan beku. Atau bisa juga dengan membuka usaha baru seperti jasa antar paket secara instan dan kilat dengan nilai tambah mengikuti protokol Covid-19, membuat konser secara virtual, menjadi pembuat konten baik video yang bermanfaat dan tulisan yang nantinya untuk video bisa diunggah pada sebuah kanal dan dapat dimonetasi untuk memperoleh uang apabila banyak yang menonton serta berlangganan kanal kita atau tulisan kita nantinya dimuat pada sebuah situs perusahaan yang menawarkan produk/jasa tertentu, serta memanfaatkan hobi untuk menghasilkan uang. Jika hobi menggambar, maka bisa membuat desain sebuah karakter animasi atau karakter dalam sebuah permainan yang sedang naik daun agar nantinya dapat dilirik perusahaan animasi dan perusahaan permainan. Jika hobi memasak, tentunya bisa menghasilkan uang dengan cepat melalui resep masakan yang diminati banyak orang atau sedang menjadi tren pembicaraan orang banyak di media sosial. Jika hobi mengoleksi suatu benda, pastikan benda itu punya keunikan dan langka. Sehingga dari keunikan dan kelangkaan suatu barang, maka akan menjadi nilai tambah ketika akan dijual kembali kepada kelompok komunitas yang memiliki hobi yang sama.

Kesimpulannya, pandemi ini akan mengubah cara kita semua untuk hidup selama beberapa waktu sampai benar-benar masuk kepada fase normal baru. Pandemi ini akan mengubah kebutuhan dan prioritas kita. Perubahan kebutuhan ini membuat rantai suplai berbagai industri terganggu/terdisrupsi. Sehingga perlu persiapan yang matang dari diri sendiri, baik kesehatan, keuangan dan keselamatan diri beserta keluarga untuk menatap kembali masa depan setelah normal baru yang tidak tahu kapan fase sebenarnya akan dimulai. Dengan kesederhanaan citra diri dan kebutuhan, tetaplah fokus menata hidup yang mapan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat kehidupan dunia yang akan masuk kepada normal baru setelah pengaturan ulang dari virus corona untuk kondisi bumi yang lebih sehat, bersih dan sederhana.

Minggu, 24 Mei 2020

Khutbah Idul Fitri 1441 Hijriyah Di Rumah: Memulihkan Ekonomi Ditengah Pandemi

Keluargaku yang dirahmati Allah.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat hidayah dan inayah-Nya pada pagi hari ini kita berkumpul di dalam rumah ini untuk mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dan tasbih dilanjutkan menunaikan sholat idul Fitri. Selanjutnya sholawat dan salam marilah kita doakan semoga selalu dilimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, tabi' dan tabi'in serta para pengikutnya agar istiqimah hingga akhir zaman. Pada saat ini kita semua bersyukur pada Allah subhanahu wata’ala bahwa kita telah melaksanakan ibadah Ramadhan. Semoga Allah menerima puasa dan qiyam (ibadah malam kita). 
Semoga Idul Fitri ini membawa keberkahan bagi kita semua. Pada hari ini sejatinya lahir pribadi-pribadi yang bertakwa. Hasil dari pelaksanaan puasa Ramadhan sebulan penuh. Sebab, demi mewujudkan takwalah puasa Ramadhan diwajibkan atas kita. Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).

Takwa yang diharapkan tentu takwa yang sebenarnya. Demikian sebagaimana yang juga Allah SWT tuntut atas diri kita yang telah Allah SWT sampaikan dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 102 berikut: 
Semoga kita semua, termasuk keluarga kita, menjadi orang-orang yang bertakwa yang diridhai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah jumpakan kita dengan Ramadan tahun yang akan datang dalam keadaan sehat, selamat, beruntung, dan Allah berikan kekuatan untuk melakukan ketaatan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Wabah yang kita hadapi saat ini adalah ujian dari Allah subhanahu wata’ala yang barangkali terjadi karena kesombongan dan kesalahan manusia agar kita kembali kepada Allah subhanahu wata’ala. 
 "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar-Rum 30: 41).

Keluargaku yang dirahmati Allah,

Allah mengirim wabah ini untuk mengingatkan kembali kepada kita bahwa diri kita hanyalah hamba yang lemah, agar kita melepaskan diri dari kesombongan kita, dan mengakui keagungan Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak manusia disombongkan oleh ilmunya, kedudukannya, dan hartanya. Tapi oleh wabah ini, mereka semua tak berdaya. Virus Corona sudah menjadi pandemi global karena kebencian juga telah tersebar secara global. 
Beberapa waktu lalu lini masa media sosial dibanjiri dengan artikel dan opini yang berkaitan dengan kegiatan pulang ke kampung halaman bersama atau lebih dikenal dengan sebutan mudik. Di samping itu masih adanya penyebaran pandemi virus corona yang melumpuhkan kegiatan mudik tahunan. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan terhadap komitmen pemerintah dalam melindungi rakyatnya dalam menghadapi pandemi vitus corona yang kita tidak tahu sampai kapan akan berakhir penyebarannya. 

Mudik telah menjadi tradisi bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dalam tradisi mudik, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah yang besar dalam tempo satu hingga dua minggu. Menurut data dari Price Waterhouse Cooper pada tahun 2014, tingkat populasi urbanisasi Indonesia sebesar 51,4 persen. Angka tersebut mengantarkan Indonesia pada posisi tertinggi kedua setelah Malaysia dengan angka sebesar 73,4 persen. Sedangkan negara anggota ASEAN lainnya, seperti Vietnam hanya 31,7 persen, Thailand 34,5 persen, dan Filipina 49,1 persen. 
Mudik telah membuat jutaan orang dengan sadar bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan yang terjadi dalam tradisi mudik merupakan refleksi kemanusiaan sebuah bangsa. Dimana manusia Indonesia masih mempunyai ikatan emosional yang tercipta pada tempat dimana mereka berasal dan dibesarkan. Maka sudah sepantasnya jika dan hanya jika pemerintah sadar betul lahir dan bathinp, peduli dengan protokol penanganan virus corona dengan membuat aturan dari produk hukum yang tegas dan jelas. Sehingga penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berjalan dengan efektif dan efisien tanpa sandiwara esuk dele sore tempe.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu

Keluargaku yang dirahmati Allah, munculnya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan permintaan uang pada masa hari raya. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pembayaran Tunjangan hari raya dan gaji ke-13 serta gaji ke-14. Dana yang diperoleh orang yang berdagang dan bekerja namun tidak bisa mudik pada tahun inilah yang nantinya akan beralih fungsi menggerakan perekonomian. Dana tersebut sangat bermanfaat pada saat pandemi seperti sekarang ini, karena banyak saudara sebangsa dan setanah air yang memerlukan bantuan untuk tetap bertahan hidup dan menafkahi keluarganya. Di bulan Ramadhan sebagai bulan pendekatan diri kepada Allah SWT, hendaknya kita dapat menjadikan momentum membangun solidaritas sosial antar anak bangsa dalam mencegah penyebaran Covid-19 dan lesunya aktivitas perekonomian saat perayaan Idul Fitri. Hadirnya instrumen Zakat, Fidyah, Infaq dan Shodaqoh adalah sarana yang sangat efektif untuk mencapai kesejahateraan. Lewat zakat, fidyah, infaq dan shodaqoh kita juga bisa ikut menyukseskan upaya pemerintah menangani penyebaran COVID-19. Dengan mengeluarkan zakat fitrah sebesar 3,5% dari harga beras yang dikonsumsi agar menyucikan jiwa, kita telah berkontribusi untuk menyelamatkan setiap jiwa dari kekufuran. Kemudian dengan membayar fidyah bagi yang tidak mampu melaksanakan puasa di bulan Ramadan, dapat berkontribusi juga untuk menyelamatkan orang-orang yang sedang terdampak corona karena tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup. Dengan infaq dan bersedeqah juga, kita telah melakukan distribusi pendapatan dan kekayaan kepada orang yang membutuhkan. 

Disamping itu kita juga dapat memperoleh pahala dan ganjaran yang dijanjikan Allah lebih baik lagi dari nilai uang yang telah diinfaqkan dan dishodaqahkan.
Hal tersebut tentunya akan terwujud jika kita mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh dalam kehidupan kita agar mencapai keselarasan hidup berbangsa dan bernegara. Ramadan sebagai bulan pendekatan diri kepada Allah SWT telah usai. Maka sepatutnya dapat kita jadikan momentum membangun solidaritas sosial antar anak bangsa dalam mencegah penyebaran Covid-19 dan lesunya aktivitas perekonomian pada saat perayaan Idul Fitri.

Puasa Ramadan yang tidak dapat dirayakan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya tidak lantas menyurutkan niat baik kita untuk senantiasa berbagi kepada orang-orang di sekitar kita. Masa-masa sulit ini akan terasa mudah apabila masing-masing pihak mengedepankan solidaritas sosial di masyarakat. Tentu hal itu bukan urusan mudah. Namun dengan niatan kuat dengan sikap ikhlas dan hanya mengharapkan ridho Allah SWT, niscaya keadaan sesulit apapun akan terasa lebih ringan.

Idul Fitri yang kita rayakan saat ini akan terasa berbeda dengan kebiasaan perayaan tahun-tahun sebelumnya. Sebelum perayaan Idul Fitri, dilaksanakan terlebih dahulu pembayaran zakat fitrah, sebagai wujud pembersihan harta yang dimiliki dari hal-hal yang dapat menghalangi amal saleh tiap umat Muslim. Seperti yang disampaikan Allah SWT dalam surat Al Maun ayat 1-7
Artinya:  Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang sholat. Yaitu, orang-orang yang lalai terhadap shalatnya. Yang berbuat riya. Dan enggan (memberikan) bantuan.

Dari surat Al Maun kita diingatkan bahwa beribadah secara personal saja tidak cukup jika tidak dikombinasikan dengan ibadah sosial. Keduanya harus berjalan dengan beriringan. Inilah sesungguhnya wujud keselarasan dari nilai Pancasila, sila pertama dan kelima yang seharusnya dapat selaras dan dipraktikkan di lingkungan sekitar kita. Kondisi ketimpangan sosial karena dampak penyebaran virus corona yang menimpa sebagian masyarakat perlu terus diperjuangkan oleh masyarakat, alim ulama, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sehingga berislam itu berdampak secara sosial, tidak hanya berhenti pada urusan pemenuhan kebutuhan spiritual untuk diri sendiri.

Semangat berbagi itulah yang menjadi semangat solidaritas sosial antar sesama menjadi relevan sehingga kita dapat segera melampaui fase-fase sulit akibat musibah global dari Covid-19. Ikatan sosial yang kuat akan berdampak pada optimisme dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga, puasa Ramadan dan Idul Fitri merupakan sarana pemersatu bangsa dan peluang untuk mewujudkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

Bulan Ramadhan dan kesulitan yang kita alami karena wabah ini Insya Allah membersihkan kita dari kotoran-kotoran akhlak tercela. Maka seyogyanya kita jaga kesucian ini. Berkat wabah ini keluarga kita bisa lebih dekat lagi. Maka marilah kita saling memberi maaf sehingga rahmat Allah melimpah untuk keluarga kita, orang tua, dan leluhur kita. Semoga Allah mengampuni dan meridhai keluarga kita dan mereka semua. Semoga Allah selamatkan kita, dokter-dokter, tenaga medis dan para asistennya yang sedang berjuang dalam lelah, penat dan letih dalam menyembuhkan pasien virus corona, orang tua kita, saudara kita, guru-guru kita, jamaah kita, kampung kita, bangsa kita, dan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari wabah ini. Amin.

Senin, 30 Maret 2020

PULIHKAN PEREKONOMIAN INDONESIA SETELAH PENYEBARAN WABAH COVID-19 DENGAN INSTRUMEN ZISWAF

Tidak kita pungkiri bahwa kehadiran virus Corona (COVID-19) di bumi Ibu Pertiwi telah membuat kegiatan ekonomi lumpuh. Hadirnya virus Corona merupakan bentuk ujian kepemimpinan manusia untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Kehadirannya membuat pola hidup masyarakat dunia berubah. Manusiapun yang ditugaskan Tuhan sebagai pemimpin dimuka bumi, saat ini tengah diuji sikap dan keputusannya dalam menghadapi penyebaran virus Corona. Virus Corona telah menyebabkan setiap manusia harus mempersiapkan diri dengan kekebalan sistem imun yang baik dan juga membatasi mobilitasnya untuk mencari nafkah dan rezeki dengan menghindari tempat yang ramai. Seperti kisah yang telah dialami oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut ini:

‏ لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ‏

Artinya: “Jangan kamu terus menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta."

Kemudian, dalam Hadist riwayat Imam Bukhari lainnya juga menyatakan bahwa:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، 
وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan interaksi sosial terbatas dan aktivitas ekonomi merosot tajam. Hal tersebut dapat kita lihat dengan kebijakan pemerintah pada awalnya virus Corona sudah menyebar ke seluruh dunia yang memberikan insentif kepada maskapai penerbangan agar dapat menjual tiket pesawat tujuan daerah wisata dengan harga yang lebih murah kepada wisatawan lokal. Tujuannya jelas, agar pendapatan dari sektor pariwisata melalui wisatawan lokal bisa mencapai target. Namun, kebijakan tersebut kalah cepat dengan persebaran virus Corona. Sehingga harus diantisipasi dengan berbagai cara yang telah disarankan oleh para tenaga ahli medis sekarang ini. Mulai dari isolasi diri sendiri ketika ada gejala terkena virus Corona selama 14 hari, menjaga jarak interkasi sosial sejauh 1 meter, menggunakan masker ketika sakit, berjemur selama 15 menit setiap pagi dan lain sebagainya. Dalam situasi seperti ini, Ekonomi Islam memiliki instrumen zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf (ZISWAF) yang dapat memulihkan keadaan perekonomian bangsa.

1. WAKAF PRODUKTIF PASAR DARING UNTUK SEMUA

Ketika kita menengok sejarah Islam, Abdurrahman bin Auf telah membeli tanah di pasar Madinah dan mengizinkan pedagang untuk berjualan disana. Dia mewakafkan tanah yang dibelinya agar bermanfaat dalam membangun perekonomian masyarakat. Dalam konteks sekarang ini, apabila para pedagang yang biasanya ada di pasar tidak diperbolehkan berjualan demi mencegah penyebaran COVID-19, maka pedagang-pedagang dapat beralih ke pasar dunia maya. Pasar dunia maya yang dibuat dari wakaf tunai adalah sinergi antara pedangang, pengelola pasar dibeberapa kota yang terdampak COVID-19, lembaga pengelola wakaf dan perusahaan rintisan pengelola aplikasi daring yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal daerah, jangkauan wilayah pengirimannya terbatas hanya 1 Kota/Kabupaten dan tidak memungut biaya sama sekali kepada penjual yang daerah dan usahanya terkena dampak persebaran COVID-19 karena ada dana dari pengelolaan wakaf yang dapat dimanfaatkan untuk menutup biaya administrasi penjualan produk yang dipesan. Jadi ada migrasi penjual yang biasanya berdagang secara langsung di pasar berpindah ke dunia maya dengan cakupan area yang terbatas karena kondisi darurat. Kemudian, hal tersebut juga akan memudahkan pihak pembeli yang terdampak penyebaran COVID-19 untuk membeli produk yang dibutuhkan selama masa diam dirumah selama 14 hari. Karena kondisi saat ini banyak kiriman pesanan yang dipesan oleh pembeli dari luar kota menuju daerahnya tidak bisa diproses oleh sistem dan akan terbatalkan secara otomatis karena daerahnya sudah terkena dampak dari penyebaran COVID-19. Dibandingkan dengan membuat situs dan aplikasi yang baru, menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan rintisan lebih cepat dan realistis. Disatu sisi kita harus berpacu dengan waktu, tenaga, pikiran, uang dan penyebaran COVID-19 untuk mengembangkan sebuah situs dan aplikasi pasar dunia maya. Namun disisi lain kita juga perlu melakukan uji kelayakan penggunaan. Mulai dari tampilan halaman pengguna situs dan aplikasi (user interface), pengujian lonjakan pengunjung agar tidak terjadi kegagalan transaksi, dan pengujian keamanan dari situs dan aplikasi itu sendiri.
Proses distribusi barang yang dijual dapat dilakukan kerjasama dengan pemilik aset transportasi. Seperti mitra ojek daring yang juga terkena dampak dari penyebaran COVID-19. Karena mereka biasanya memperoleh pesanan untuk mengantarkan orang, mengantarkan barang atau membeli makanan dan minuman di restoran. Mereka dapat bersinergi dengan pedagang dan pengelola pasar dunia maya agar dapat mengantarkan produk pesanan pembeli yang sedang bekerja dari rumah. Mitra ojek daring juga dapat menerapkan jarak interaksi sosial dengan menyepakati ketentuan dari penjual kepada pembeli. Apakah barangnya akan langsung diberikan dengan menerapkan jarak interaksi atau ditaruh saja di depan pintu rumah pembeli. Kemudian bisa juga dengan memanfaatkan wakaf harta dari yang lainnya seperti mobil untuk mengantarkan barang kepada pembeli dengan jumlah tertentu. Bagi yang ingin membantu dengan instrumen wakaf lainnya, juga bisa mewakafkan barang-barang yang bernilai bagi penjual seperti, rumah, gudang, laptop dan biaya sewa kuota internet agar pedagang tetap tersambung dalam mengelola toko di dunia maya. Sehingga dengan kondisi seperti sekarang ini dapat terciptanya basis ekonomi lokal dengan cakupan terbatas.

2. BANGUN SARANA DAN PRASARANA PENANGANAN DAN PENCEGAHAN COVID-19 DENGAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH

Pada tanggal 18 Desember 2018, Indonesia telah berkomitmen untuk dapat menggapai ketahanan kesehatan secara global dalam forum Global Health Security Agenda yang diselenggarakan di kantor pusat World Organization for Animal Health (OIE) di Paris. Indonesia telah menegaskan komitmen untuk terus berkontribusi dalam usaha untuk menciptakan dunia yang lebih aman dari ancaman penyakit menular. Peran yang akan diambil Indonesia adalah dengan menjadi anggota tetap Tim Pengarah (Steering Group), sebagai ketua untuk Paket Aksi Penyakit Zoonotik dan berpartisipasi dalam tiga Paket Aksi lainnya (Resistensi Antibiotik; Biosafety dan Biosecurity; serta Surveilans). Seharusnya, dengan komitmen yang telah dibuat tersebut, fokus Indonesia menjaga stabilitas kesehatan nasional. Minimal, Indonesia bisa menekan jumlah angka kematian, terutama yang disebabkan oleh penyebaran COVID-19. 

Untuk mewujudkan ketahanan kesehatan nasional, saat ini kita tidak bisa menyerahkan semua hal itu kepada pemerintah. Perlu uluran tangan dari pemilik harta yang sudah memenuhi syarat hartanya untuk dizakatkan, diinfaqkan dan disedekahkan yang dan kebutuhannya untuk hidup hari ini dan esok sudah terjamin agar dapat mewujudkan komitmen tersebut menjadi nyata. Ingat, ini bukan sekedar perkara mengenai yang kaya membawa COVID-19 dari luar negeri dan yang miskin menyebarkan penyakit tersebut. Ini masalah keberlangsungan kesehatan, keselamatan dan keberlangsungan  kehidupan bersama dalam lingkup berbangsa dan bernegara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. 

Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini diperlukan pernyataan dan tindakan yang menciptakan stabilitas nasional. Status dan latar belakang ekonomi yang berbeda di masyarakat berpotensi menciptakan kesenjangan sosial yang semakin menjauhkan mereka. Alhasil, masyarakat jadi terbelah dengan terciptanya kondisi antara orang kaya dan orang miskin karena perbedaan cara untuk memperoleh harta atau karena kondisi tertentu dalam memperoleh harta. Hadirnya instrumen Zakat, Infaq dan Shodaqoh adalah sarana yang sangat efektif untuk mencapai keadilan sosial dan memotong jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Lewat zakat, infaq dan shodaqoh kita juga bisa ikut menyukseskan upaya pemerintah menangani penyebaran COVID-19 dengan mengadakan alat-alat yang dibutuhkan oleh para tenaga medis yang sedang berjuang mengobati pasien COVID-19 seperti pemanfaatan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk memproduksi Alat Pelindung Diri (APD), masker N95 untuk tenaga medis, alat Ventilator untuk pasien, masker bedah, dan alat kesehatan lainnya untuk penanganan pasien COVID-19 dengan cepat. 

Kemudian, dengan memaksimalkan Zakat, Infaq dan Shodaqoh para pengambil keputusan diatas sana juga bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk masyarakat yang membutuhkan selama masa berdiam diri di rumah. Kita bisa memanfaatkan kekuatan dari Tentara Negara Indonesia Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang dapat berperan untuk mempercepat distribusi bantuan ZISWAF ke berbagai titik hubung dengan penerbangan kargo. Kemudian juga bisa dilakukan dengan penerbangan perintis ke pelosok. TNI siaga untuk distribusi ke berbagai rumah sakit/klinik di daerah penerima bantuan. Jadi, ZISWAF bisa bermanfaat secara maksimal di daerah yang terdampak oleh penyebaran COVID-19. Sehingga akan tercipta kondisi yang stabil selama masa isolasi diri di rumah. Masyarakat dapat dengan tenang bekerja, belajar, bermain dan beribadah dirumah jika kebutuhan pokok telah terpenuhi.

3. OPTIMALKAN PENGGUNAAN DANA ZISWAF UNTUK RISET VAKSIN COVID-19

Apabila masyarakat dalam suatu bangsa sehat, maka perekonomian secara berangsur akan pulih seiring berjalannya waktu setelah menurunnya penyebaran COVID-19. Kualitas kehidupan dan kebahagiaan juga akan meningkat. Beberapa waktu lalu, peneliti Universitas Padjajaran sudah memaparkan hasil dari analisis COVID-19 dan sedang mengembangkan obat untuk virus tersebut dengan melakukan kerjasama peneliti dari Wuhan dengan bantuan Kedutaan Besar Tiongkok.

Ketika kita bicara Vaksin, perlu kita ketahui bersama bahwa untuk menciptakan vaksin apapun umumnya memakan waktu bertahun-tahun dan melibatkan proses pengujian yang panjang pada hewan, serta uji klinis pada manusia dan persetujuan regulatori. Tetapi kini beberapa tim ahli dari seluruh dunia sedang berlomba untuk mengembangkan vaksin COVID-19 lebih cepat. Saat ini sudah ada upaya dari pemerintah pusat melalui Kementerian Riset dan Teknologi beserta Badan Riset novasi Nasional dengan membentuk Tim Konsorsium yang bertujuan untuk mendukung pekerjaan dari Gugus Tugas COVID-19 dalam bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan. Termasuk untuk menciptakan vaksin yang dapat mengatasi COVID-19. 

Untuk mendukung percepatan riset dan penelitian vaksin COVID-19, maka perlu juga dukungan dana agar dapat terciptanya vaksin COVID-19. Disinilah ZISWAF dapat berperan untuk mendukung upaya para peneliti yang sedang berusaha untuk menciptakan vaksin COVID-19. Dana dari ZISWAF nantinya akan bermanfaat untuk biaya operasional penelitian yang dilakukan. Sebagaimana yang sudah tertulis pada PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 pada BAB II mengenai Pendistribusian dalam pasal 4 ayat 4, bahwa pendistribusian zakat pada bidang kemanusiaan dapat diberikan kepada korban bencana alam, kotban kecelakaan, korban penganiayaan, kotban kecelakaan dan korban tragedi kemanusiaan lainnya. Karena COVID-19 merupakan tragedi kemanusiaan lainnya, maka sudah sepantasnya program penemuan vaksin COVID-19 didukung dengan instrumen ZISWAF.

Sudah saatnya pemanfaatan ZISWAF melangkah menuju tingkatan selanjutnya. Dari yang sebelumnya hanya upaya pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan menuju kemajuan global berupa industrialisasi berbasis kemaslahatan dan kehidupan layak untuk bersama. Demi tercipta dan tercapainya ketahanan kesehatan global yang telah menjadi komitmen bangsa kita.

Jumat, 08 Juli 2016

Berdakwah Sambil Menjonru: Antara Meluruskan dan Menghakimi

Pada hari ini, Jum'at 3 Syawal 1437 Hijriyah atau 8 Juli 2016 Masehi, saya memperoleh sebuah catatan terhadap cara berdakwah yang disampaikan oleh salah satu Imam masjid. Imam masjid ini terkenal dengan gaya berdakwah yang keras dan menghakimi. Disini saya tidak akan menyebutkan nama imamnya, nama masjidnya, ormas yang menjadi basis masjidnya, dan dimana lokasinya. Saya hanya ingin berbagi sebagai catatan dan refleksi bagi saya pribadi dan para pembaca sekalian bahwa cara berdakwah tersebut sudah ketinggalan zaman dan perlu di revolusi.

Senin, 04 Juli 2016

Bedug: Wajah Baru Pemasaran Musiman


Hari-hari terakhir pada bulan Ramadan ini netizen dihebohkan dengan kabar pelarangan kegiatan Takbir Keliling oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah tersebut telah membuat aturan untuk melarang diadakannya takbir keliling ketika malam takbiran tahun 2016 ini. Aturan ini dipertegas dengan akan menertibkan setiap pelaksanaan takbir keliling yang dilakukan oleh masyarakat. Jadi nantinya aparat kepolisian akan memberhentikan mobil bak terbuka atau truk yang membawa rombongan takbir keliling di Jakarta. Lalu bagaimana peraturan tersebut dalam sudut pandang pribadi saya?

Sabtu, 11 Juni 2016

SATPOL PP Tugasnya Menertibkan, Bukan Menyita Paksa!



Pagi ini ada suatu konten viral yang disebarkan oleh beberapa teman saya di akun media sosial yang mereka miliki. Saya melihat konten tersebut merupakan berita yang memilukan dengan judul "Ibu Ini Menangis Dagangannya Disita Saat Berjualan Siang Hari Bulan Ramadan.". 

 Sumber: Dokumentasi Kompas TV

Pasalnya berita tersebut berisi tentang pedagang yang sedang dirazia oleh petugas Satpol PP karena berdagang pada saat siang hari di bulan Ramadan di daerah Serang dan Lebak, Provinsi Banten. Konten tersebut menimbulkan rasa iba pada diri saya pribadi. Pedagang tersebut terlihat sedih dan begitu kebingungan atas perbuatan aparat yang mengangkut makanan dari warung makannya.
            Kemudian setelah menyaksikan konten viral tersebut saya berpikir bagaimana nasib pedagang tersebut jika sumber mata pencahariannya disita begitu saja dengan adanya aturan yang tidak mengedepankan win-win solution?

Selasa, 31 Mei 2016

Aku Bukan Hansel, Kamu Bukan Gretel



Aku bukan Hansel, Kamu bukan Gretel
Terlalu banyak menyesal dari keluhan yang menggumpal
Hentikanlah kebiasaan buruk itu
Usiamu sudah tak pantas untuk mengutuk dan menggerutu