Ketika kita menemukan diri sendiri, di tempat yang jauh sekali, dan karena kita memikirkan ulang sesuatu. Kemudian kita mulai merasakannya dan kita perlahan menjadi seseorang. Ketika kita berteman dengan teman baru, ditempat kita sekarang berada dan kita mulai berpikir untuk memulai keakraban, sebuah hal yang kita anggap keraguan atas kekurangan pada diri kita, menghilang jernih bagaikan lonceng yang berbunyi, disanalah kita menemukan diri kita.
Pada umumnya orang hanya
mengetahui manusia itu hanya terdiri dari jasad dan ruh. Banyak dari mereka belum
memahami sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu Jasad, Jiwa, dan Ruh. Hal ini dapat dibuktikan dalam firman Allah SWT di Al Qur'an Surat Shaad Ayat 71-73 yang menerangkan bahwa :
Ingatlah
ketika TuhanMu berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan
kejadiannya, maka Ku tiupkan kepadanya Ruh Ku. Maka hendaklah kamu tunduk
bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuannya.
Pada ayat yang lain pula, Allah menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs). Pada surat Asy Syams ayat 7-10 dikatakan bahwa :
Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan
ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Jasad, Jiwa, dan Ruh.
Jasad
Jasad merupakan angggota tubuh manusia yang terdiri dari mata, mulut,
telinga, tangan, kaki dan lainnya. Terbentuk dari tanah liat yang
termasuk dalam derejat paling rendah. Semua itu diciptakan agar dapat
mencium, meraba, melihat, mendengar, dan lainnya. Dari jasad ini timbul keinginan yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan dalam Al Quran Surat Ali
Imran bahwa dijadikan
indah pada pandangan manusia, merasa suka pada apa yang di inginkannya
(syahwat) yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah
serta ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat
sebaik-baik kembali.
Jisim (Turunan Jasad yang berarti tubuh bagian dalam)
Tubuh bagian dalam merupakan penggerak dari adanya tubuh luar.
Dibawah ini adalah rangkaian dasar tubuh dalam yang terdiri dari :
1. Kemauan disebut Iradat
2. Tenaga disebut Qudrat
3. Perasaan disebut Hayat
4. Pengetahuan disebut Ilmu
5. Pendengaran disebut Sama
6. Penglihatan disebut Bashar
7. Perkataan disebut Kalam
8. Akal disebut Aqal*
9. Hati disebut Qalbu*
8. Akal disebut Aqal*
9. Hati disebut Qalbu*
*(Alamat aktivasi rangkaian dasar tersebut berada)
Dalam pergerakan dan pertumbuhannya jasad secara
alamiah selalu berhubungan dengan keadaan alam sebagaimana asal usulnya,
maka keadaan sari nabati atau gizi berperan aktif dalam proses
pertumbuhannya. Dari hal tersebut timbulah istilah Jawanya itu Manunggaling Kawula Gusti yang mana jasad yang nampak ini harus Manunggal dengan Jisim. Sehingga dalam beribadah tidak terjadi tarik menarik kepentingan,
jasad sebagai abdi dan jisim sebagai gusti yang memimpin harus tanpa jarak, karena jika terdapat jarak maka pasti akan terjadi banyak
gangguan dalam amal ibadahnya.
Jiwa (Nafs)
Kebanyakan
orang mengaitkannya dengan diri manusia atau jiwa. Padahal diri manusia
itu berkaitan dengan derajat atau kedudukan manusia yang paling rendah dan
yang paling tinggi. Jiwa ini memiliki dua pilihan jalan, yaitu :
- Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu)
- Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia)
Hawa nafsu itu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela, yang
menyesatkan dan menjauhkan dari Allah. Sebagaimana Allah Ta'ala
berfirman dalam surat shaad ayat 26 :
..... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Bagaimana kaitan hati dan hawa nafsu?
Hati memainkan peranan yang sangat penting dalam diri manusia ia
menjadi sasaran utama kepada Syaitan. Syaitan sedaya upaya menutupi
hati manusia dari menerima Nur llahi. Sebagaimana sabda Rasulullah yang
bermaksud:
Jikalau tidak karena syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka boleh melihat kerajaan langit Allah.
Soal Diri Manusia?
Nafs atau jiwa sebagai diri manusia adalah suatu yang paling berharga kerana
ia berkaitan dengan nilai hidup manusia dan nafs yang diberi rahmat dan
redha oleh Allah. Sebagaimana firmannya dalam surah Al Fajr ayat 27-30
yang berbunyi :
Hai
jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang tenang lagi diridhai Tuhan. Maka masuklah ke dalam golongan
hamba-hambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.
Dan lagi dalam surah (Yusuf : 53 yang berbunyi:
Dan
aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat
oleh Tuhanku.
Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:
Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.
Hadis
ini menyatakan syarat untuk mengenal Allah adalah mengenal diri. Diri
atau nafs di sini adalah nafs muthmainnah yaitu nafsu yang tidak
terpengaruh oleh goncangan hawa nafsu dan syahwat.
Setiap manusia tentu mempunyai nafs yang berbeda. Ada nafs yang menuju jalan cahaya ada nafs yang menuju jalan kegelapan. Bagi nafs yang menuju kegelapan atau nafs tercela yang tidak sempurna
ketenangannya, terutama ketika lupa kepada Allah disebut nafsu lawammah.
Firman Allah Taala dalam surat Al Qiyammah ayat 2 yang berbunyi :
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat tercela (nafsu lawammah)
Nafsu
ini hanya dapat dikenali dan disaksikan dengan kemampuan tertentu
manusia, yaitu dengan pancaran bathin. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al A'raaf ayat 26 yang berbunyi :
Ruh mempunyai dua arah pengertian yaitu :
A. Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh . Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruang. Ruh adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh. Jika lampu menyala maka ruangan menajdi terang. Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada ruh (nyawa)
B. Ruh sebagai sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini sangat berhubung dengan hati yang halus atau hati ruhaniyyah.
Dalam Al Qur'an kata ruh disebut dengan sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal, dan Ruhul Qudsiyah. Ruhul Amin yang bermaksud adalah malaikat Jibril. Firman Allah dalam surat Asy-Syu’araa ayat 192-193 yang berbunyi :
Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa oleh Ar Ruh Al –Amin (Jibril)
Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah (As-Sajdah:9) yang bermaksud :
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya ruhNya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur
Ruh Qudsiyah adalah ruh yang datang dari Allah (bukan Jibril), tetapi yang menjadi penunjuk dan pemberi kabar gembira bagi orang-orang beriman. Ini adalah ruh yang disucikan yang dihadiratkan Allah. Ia bercahaya apabila nafsu mutmainnah telah sempurna. Jadi, Ruhul qudsiyah adalah kenyataan Allah dalam diri manusia. Allah Ta'ala adalah sumber cahaya langit dan bumi dan ruhul qudsiyah adalah sumber cahaya yang ada dalam hati yang digambarkan sebagai pelita.
Pakaian taqwa yang menjagamu dari kejahatan itu adalah yang paling baik.
Ruh
Ruh mempunyai dua arah pengertian yaitu :
a. Sebagai nyawa
b. Sebagai suatu yang halus dari manusia
A. Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh . Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruang. Ruh adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh. Jika lampu menyala maka ruangan menajdi terang. Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada ruh (nyawa)
Manakala dalam pengertian yang kedua,
B. Ruh sebagai sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini sangat berhubung dengan hati yang halus atau hati ruhaniyyah.
Dalam Al Qur'an kata ruh disebut dengan sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal, dan Ruhul Qudsiyah. Ruhul Amin yang bermaksud adalah malaikat Jibril. Firman Allah dalam surat Asy-Syu’araa ayat 192-193 yang berbunyi :
Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa oleh Ar Ruh Al –Amin (Jibril)
Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah (As-Sajdah:9) yang bermaksud :
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya ruhNya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur
Ruh Qudsiyah adalah ruh yang datang dari Allah (bukan Jibril), tetapi yang menjadi penunjuk dan pemberi kabar gembira bagi orang-orang beriman. Ini adalah ruh yang disucikan yang dihadiratkan Allah. Ia bercahaya apabila nafsu mutmainnah telah sempurna. Jadi, Ruhul qudsiyah adalah kenyataan Allah dalam diri manusia. Allah Ta'ala adalah sumber cahaya langit dan bumi dan ruhul qudsiyah adalah sumber cahaya yang ada dalam hati yang digambarkan sebagai pelita.
Pada akhirnya hakikat kita sebagai manusia adalah kita harus bisa menyadari apa yang telah
dan sedang sekaligus hendak kita lakukan, karena dengan kita
menyadarinya maka kita bisa mengetahui pula tentang tujuan kita
melakukan aktifitas tersebut. Segala aktifitas tersebut merupakan proses
pengenalan diri kita, jadi sebaiknya kita jangan mengabaikannya, karena
kita memang membutuhkannya untuk kita pelajari lebih dalam selama proses mengenal diri sendiri dan dipilihan manakah kita harus memilih. Dalam berusaha menyadari diri sendiri,
segala aktifitas yang kita lakukan, kita harus benar-benar jujur pada aktifitas tersebut terhadap diri kita sendiri. Kita harus
jujur untuk mengungkap semua tentang diri kita sendiri, entah itu
tentang emosi kita, keinginan kita, ketakutan kita, kebutuhan kita, dan
dengan kejujuran itu pula kita bisa lebih memahami diri sendiri. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang tulus, rendah hati, setia, berpikir positif, bahagia, bertanggung jawab, percaya diri, berempati, flexibel, dan memilki kebesaran jiwa.
0 komentar:
Posting Komentar