Jumat, 10 Mei 2013

Beranda Jum'at 2 - Hal-hal yang Mencederai Rasa Syukur

"Syukur itu menerima dan mengeksplorasi semua dari hadiah tersebut."

Arvan Pradiansyah
Penulis Buku Cherish Every Moment

Setiap manusia pastinya pernah berharap dan tak pelak harapan itupun sering terwujud. Namun tidak semua harapan terwujud. Apabila harapan itu terwujud, hendaknya kita wajib bersyukur atasNya yang telah melimpahkan rahmat kepada hamba-Nya. Salah satu wujud untuk megapresiasi rasa kebahagiaan atas nikmat yang didapat, kita biasa mengungkapkan itu dengan sebuah kata, yaitu bersyukur. Bersyukur adalah mengakui bahwa apa yang kita peroleh itu adalah sebuah anugerah, sebuah hadiah yang mungkin tidak bisa dinilai atau ditaksir berapa harganya jika diuangkan.

Dengan bersyukurlah nikmat kita akan ditambah seperti yang adaq dalam Al Qur'an surat Ibrahim ayat 7 berikut ini yang artinya adalah :  “…Sesungguhnya jika kamu bersykur niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Ada beberapa hal yang bisa melupakan esensi dari rasa syukur, yaitu :

 1. Tidak mengapresiasi  pada apa yang kita dapatkan.

Dengan mengakui pemberian tersebut, berarti kita telah mengapresiasi usah sio pemberi itu. Namun kebanyakan manusia lupa untuk mengapresiasi ini. Padahal, hal ini penting adanya walaupun terkesan "ringan", padahal dari yang kecil dan ringan itulah niat baik berawal.

2. Hitungan dengan nilai "hadiah" tersebut.

Jika di beri sesuatu yang itu baik adanya serta sumber dan asal tujuannya jelas dan tepat guna itul;ah yang mempunyai nilai. Namun masih banyak yang merasa itu terlalu kecil nilainya padahal yang diberikan itulah yang tepat guna. Pada surat An Nahl Ayat 18 Allah berfirman “Jika kamu menghitung-menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya (menghitungnya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” Janganlah seperti itu, karena dalam surat An Nahl Ayat 83 Allah kembali menegaska dengan firmanNya yaitu : “Mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir."

3. Kurang menghargai niat baik si pemberi.

Ini hal yang berbahaya, pada dasarnya pemberian yang diberikan itu adalah pemberian yang niatnya ikhlas dan tanpa pamrih. Tidak seharusnya kita bersikap sep[erti itu terhadap orang yang tulus telah memberikan suatu nikmat atau pertolongan wqalaupun kecil adanya. Janganlah kita seperti atau bisa jadi termasuk golongan seperti kaum Saba', dalam Al Qur'an surat As Saba' ayat 15-17 Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda kekuasaan Allah ditempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang dianugerahkan Rabb-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik dan Rabb-mu adalah Rabb yang Maha Pengampun.”  “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang sangat besar, dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua buah kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsi dan sedikit dari buah Sidr. Demikianlah kami memberikan balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”

4. Ketika senang bersyukur, ketika sulit lupa bersyukur.

Ini juga merupakan anggapan yang salah, di setiap waktu kita harus senantiasa mensyukuri apapun yang ada pada diri kita.Ketika sulit juga harus bersyukur, karena dengan kesulitan yang ada kita jadi mendapat pelajaran agar kita bisa memperbaiki diri dan bersikap yang lebih baik lagi ke depannya dengan penuh kewaspadaan agar tidak kembali terjatuh pada kesalahan yang sama. Memang benar tujuan kita hidup di dunia ini untuk mendapat kehidupan dari yang lebih baik, menurut saya pribadi, hidup ini untuk melakukan kesalahan dan memperbaikinya sebaik mungkin. Tidak ada kebenaran yang diperoleh dari sebuah kesalahan, karena dengan kesalahan itu kita belajar agar menciptakan kebenaran. Masalah tidak akan membunuh kita, namun dia akan mendidik kitam paling tidak kita belajar tentang kesabaran dalam sebuah kondisi yang rumit. Dalam hal ini, Allah juga menjamin pada orang yang bersyukur dalam Al Qur;an Surat Ali Imran ayat 145, “Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”.

5. Sering bersyukur pada saat mendapatkan sesuatu, tapi lupa bersyukur ketika tidak mendapatkan sesuatu.

Hal ini terjadi mungkin karena segala hal yang enak itu bisa melenakan setiap orang, boleh jadi apa yang tidak baik untuk kita itu sebenarnya baik menurut Allah, dan sebaliknya apa yang menurut kita baik, belum tentu itu baik menurut Allah SWT. Hal ini juga ditegaskan dalam Surat Luqman ayat 12,  “Dan barangsiapa yang bersykur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” Sertakanlah langkah kita bersama Allah, karena sesungguhnya Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 72 bahwa “Dan keridhoan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar.”.

6. Syukur itu bernilai ketika ada saja, dan lupa dinilai ketika tidak ada.

Mungkin ini hal yang tersulit dan kebanyakan dari kita jarang menyadarinya. Contoh kecilnya saya akan memberikan sebuah kasus pada persahabatan. Persahbatan yang dijalin dengan seorang sahabat, bisa saja langsung sirna ketika ada sebuah hal yang menuntut "ambisi" dan tak jarang pula rasa ambisi itu melupakan esensi dari persahabatan itu. Padahal si sahabat itulah yang mengantarkan si sahabat yang berambisi ini untuk ada pada posisi yang "terpandang", bahkan sampai-sampai dapat oleh-oleh yang lebih bagus dari rekan kerjanya, lebih bagus dari yang dikasih kepada sahabatnya yang memperjuangkan dia. Effort atau usaha si sahabat yang memfasilitasi ini tiada lagi menjadi arti, yang ada hanya pencitraan dengan eksistensi yang tinggi dan seolah-olah dia yang berjasa, sudah lupa dan tidak kepikiran lagi sama jasa sahabatnya kalau sudah ada disitu, padahal effort si shabat itulah yang menjadikannya seperti yang dia mau, dan tanpa ada kontribusi dari sahabatnya mungkin si ambisi itu tidak akan terpenuhi.

Mudah-mudahan diri kita semua terhindar dari sifat-sifat seperti itu, karena hal-hal seperti itu hanya akan mengurangi amal ibadah kita pada Allah SWT. Semoga kita semua selalu dalam limpahan Rahmat-Nya dan senatiasa bersyukur atas Rahmat-Nya di setiap waktu dan kondisi. Wallahua'lam Bis shawab.


0 komentar:

Posting Komentar