Jumat, 21 Juni 2013

Balada Es Krim Premium dan Bensin Premium

Hari ini (21 Juni 2013) penulis sedang mencari suatu barang yang penting untuk kebutuhan penyembuhan orang tua yang sedang
sakit. Di hari ini juga terdapat sebuah berita yang konon katanya harga bahan bakar minyak akan naik malam ini juga. Ketika penulis mencari barang tersebut di toko obat di bilangan Pramuka, barang tersebut tidak ada. Kemudian penulis menanyakan lagi ke toko tersebut agar mengetahui tempat lain yang menjual. Akhirnya si kokoh pemilik toko itu memberitahukan kalau barang tersebut sedang langka dan apabila ingin memperoleh barang tersebut saya harus ke sebuah Mal di bilangan Casablanca untuk memperolehnya. Baiklah, penulis meluncur kesana sesegera mungkin karena hari ini adalah hari Jum'at.

Setelah sampai Mal dibilangan Casablanca ini, penulis langsung mencari barang tersebut, kemudian setelah memperolehnya dengan harga 2x lipat dari toko yang dbilangan pramuka, penulis langsung menuju parkiran temat dimana si bebek jalanan beristirahat sejenak untuk ditunggangi lagi. Setelah itu penulis mempersiapkan STNK dan uang receh senilai selembar Pangeran Diponegoro. Setelah tiba giliran, saya langsung memberikan uang tersebut dan STNK saya untuk diperiksa petugas parkir. Setelah itu petugas parkir mengembalikan STNK dan uang kembalian dari pecahan Pangeran Diponegoro yang saya berikan tadi. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang sedang mengemis, dan tibalah giliran saya untuknya menadahkan tangan.

Karena uang yang tadi sudah saya masukan, saya bilang maaf dulu dan melambaikan tangan saya. Namun anak tersebut diam saja, dan yang menariknya adalah anak tersebut memiliki seorang adik yang sedang menjilat es krim, setelah saya perhatikan sesaat, saya mengetahui bahwa es krim itu bukan es krim biasa, namun es krim itu merk premium dari sebuah produsen es krim ternama, yang tidak lain adalah merek M. Wpw! Dalam hati saya berkata seperti ini : "Apakah negeri ini masih layak dikatakan negara miskin? Jika seandainya negara ini benar-benar miskin, kenapa orang miskin bisa mengkonsumsi produk tersier? Mengapa mereka bisa menjangkau harga yang begitu besar untuk sebuah kualitas? Padahal di satu sisi mereka masih butuh banyak hal yang harus dipenuhi daripada harus membeli barang yang sifatnya konsumtif, ditambah lagi itu barang yang sifatnya premium alias mewah." Setelah berpikir dan berkata sepeti itu, penulis menjalankan bebek jalanannya. Di jalanan penulis berpikirlagi seperti ini :

Hei, ini Pulau Jawa bung, anda tidak melihat ke tempat lain ya?


Ilustrasi Oleh : Benny & Mice

Kata hati besar saya setelah dalam hati kecil saya berbicara seperti sebelunya. Saya pikir ini bukanlah masalah ini pulau Jawa atau pulau lainnya di negeri ini, ini lebih terlihat seperti penggembungan uang di satu wilayah tertentu, hal ini terjadi karena adanya pendistribusian uang yang belum merata. Kemudian jika harus dirunut akan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka banyak faktor juga bisa mempengaruhi,mulai dari kondisi internal negeri ini yang mengalami inflasi yang besar, kemudian dari faktor eksternal seperti sentimen dunia akan kebakaran yang ditimbuilkan dari dalam hutan di negeri ini misalnya, otomatis agar tidak berdampak terlalu jauh, faktor dinaikannya harga BBM juga berpengaruh terhadap kebutuhan bahan pokok di negeri ini. Contoh, Bakso langganan saya tadi di Otista, Jakarta Timur, saya mampir dulu ke situ, sebelumnya 2 bulan yang lalu saya beli disitu, kemudian sebelum sholat Jum'at tadi saya mampir sebentar untuk membeli, harganya sudah naik lagi dari Rp. 10.000,- menjadi Rp. 11.000,-.

Cuma beda Rp. 1.000,-? Ya, memang bedanya hanya seribu, namun bisa dilihat betapa hebatnya settingan yang dibuat dengan subliminal messages dari isu kenaikan BBM ini, belum dinaikan saja harga kebutuhan pokok dipasar sudah berubah. Sebelumnya harga jengkol per kilogram saja mencapai Rp. 70.000,- setara dengan harga daging. Oleh karenanya, diperlukan ketegasan dari sebuah sistem agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, kalaupun kebijakan tersebut menciptakan inflasi, maka seharusnya inflasi tersebut tidak mencapai angka sebesar di tahun ini yang menuju 4%. 

Ketegasan sistem tidak hanya pada kebijakan sektor ekonomi saja, melainkan hal tersebut juga mencakup bidang lainnya seperti politik. Ya, poitik, beberapa hari yang lalu disebuah berita dari radio mobil sewaan dalam perjalanan kerja honorer yang saya dengar bahwa dengan adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) bisa mengurangi dampak ketakutan dari rakyat kecil untuk memenuhi kebutuhannya. Jelas, ini ada kaitannya dengan politik, karena dengan adanya BLT, penulis berasumsi bahwa sebenarnya anggaran negara masih sanggup untuk memberikan subsidi. Di satu sisi alasan menaikan BBM adalah untuk menyelamatkan keuangan negara dari dampak perekonomian. Disanalah letak masalahnya, belum tentu BLT yang diberikan tepat sasaran, kemudian belum tentu juga bahwa BBM bisa mempengaruhi harga dipasaran. Disinilah saya kira peran dari koalisi parpol yang ada dalam pemerintahan bisa mengedukasi masyarakat luas, bukan hanya bisanya menolak kenaikan BBM dengan counter subliminal messagesnya, seharusnya disamping parpol mengedukasi masyarakat, parpol juga seharusnya bisa mengajak masyarakat untuk mengawasi isu ini mengakomodir dengan cara memberikan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan masyarakat maupun parpol untuk benar-benar mengawasi isu ini jika ingin menyelamatkan bangsa dan negara ini. Dalam perjalanan kembali ke rumah, hati besar saya kembali berkata seperti ini :

Apa bisa ya balik lagi ke zaman Orde Baru? Gapapa deh ada Petrus dan Diktator pemerintahnya, asal semuanya tertib, aman, nyaman, sejahtera.

Namun sejenak setelah itu akal sehat saya langsung berbicara seperti ini :
Alaaaahh.. Yang bener aja, hidup cuma "dikipasin" doank mah enaknya cuma sebentar. Daripada mengkhayal mending kita bandingkan harga BBM zaman dulu dengan zaman sekarang yang akan dinaikan.

Harga BBM , Rp 700 (pada tahun 1993) vs Rp 6500 ( tahun 2013). Yang manakah yang lebih murah ?

Mari kita berhitung. Dari segi harga minyak dunia dan penurunan kurs rupiah.
Perubahan harga minyak dunia sebagai berikut :
 
16,75/ barrel (1993) >>> 87,13/barrel (2013) : naik 5,2 kali lipat
 
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar:
1.842/dollar (1993) >>> 9.890/dollar (2013) : turun 0,19 kali lipat (sekitar 1/5)
 
Jadi, jika ingin mengambil tingkat keuntungan yang sama dengan tahun 1993,
harga Rp 700 (1993) , setara dengan harga Rp 19.550 ( di tahun 2013)

Kemudian dari segi daya beli masyarakat (berdasarkan GDP):
 
Kenaikan pendapatan per kapita kita:
1.600 dollar(Thn 1993) >>> 4.670 dollar (Thn 2012): Naik 2,92 kali lipat
 
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar:
1.842/dollar (1993) >>> 9.890/dollar (2013): turun 0,19 kali lipat (sekitar 1/5)
 
Jadi, dari segi daya beli, nilai Rp. 700 (thn 1993), setara dengan Rp 10.970 (pada tahun 2013)
 
Masih belum tahu juga mana yang sebenarnya lebih murah?
 
Jangan bandingkan Rp. 700 (thn 1993) vs Rp 6.500 (thn 2013), Tapi bandingkanlah angka yang kita peroleh tadi, komparasinya sebagai berikut :
Rp.19.550 vs Rp. 6.500 (2013) (dari segi rasio terhadap harga normal dunia), atau
Rp. 10.970 vs Rp. 6.500 (2013) (dari segi daya beli masyarakat).

Jadi, harga Rp. 700 (pada tahun 1993) itu ternyata lebih cetar membahana ya harganya,
makanya, jangan mimpi lagi untuk kembali ke era Soeharto.

Ok, akhirnya penulis sampai juga dirumah, setelah mengalami gejolak bathin dan jadi kepinngin beli es krim merek M, setidaknya untuk saat ini bisa dilihat bahwa pastinya kalau ideologi parpol itu keputusan bersama, jadi wajar jika terlalu politis. Pada akhirnya, dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara, kita semua dituntut menjadi masyarakat yang cerdas, masyarakat yang tahu mana yang baik untuk bangsanya, dan yang tidak baik untuk bangsanya. Kita juga tahu bahwa di politik itu tidak ada yang namanya musuh abadi, dan juga tidak ada juga yang namanya kawan seperjuangan yang abadi. Semuanya hanya kita bisa nikmati dengan sikap dan perilaku yang tepat atas hal yang terjadi, syukur jika ada perubahan, jika tidak mungkin generasi berikutnya bisa mengubahnya, karena harapan itu selalu ada, hingga sampai pada tanah yang akan menguasai kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar