sumber gambar : sinarpaginews.com
pusat penting keanekaragaman ikan hiu dan pari dunia. Ditambah lagi laut Indonesia memiliki habitat terumbu karang dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Dari tiga potensi yang telah disebutkan, apakah tiga hal tersebut telah dioptimalkan?
Tidak terasa kita akan memperingati Hari Ikan Nasional pada tanggal
21 November nanti. Dengan momentum ini kita bisa mengetahui sejauh mana
kontribusi laut kita pada perekonomian. Laut kita sangat kaya dengan berbagai
macam jenis ikan dan terumbu karang. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
di Indonesia yang sebenarnya menjanjikan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun pada kenyataannya
kontradiktif dengan kondisi nelayan Indonesia yang pada umumnya miskin. Kondisi
seperti ini menggambarkan bahwa potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di
Indonesia sebenarnya melimpah tetapi hingga kini belum dikelola dan
dimanfaatkan secara optimal, serta belum memberikan konstribusi yang signifikan
terhadap pembangunan bangsa secara keseluruhan. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pengembangan pengelolaan kemitraan antara pemerintah dan nelayan lokal, yaitu
masyarakat pesisir pantai sebagai ujung tombak industri kelautan dan perikanan.
Jika hal tersebut dapat terwujud, maka masalah kemiskinan didaerah
pesisir pantai dan kepulauan Indonesia dapat diatasi secara bertahap. Karena
ketika kita bicara mengenai ikan, ikan yang ada dalam perairan Indonesia bukan
hanya menjadi komoditas yang diperjual belikan kemudian habis dikonsumsi. Namun
menurut saya pribadi, ikan-ikan maupun terumbu karang yang ada didalam perairan
negara kita ini memiliki nilai jual lebih. Banyak sekali ikan dan terumbu
karang langka yang ada di Indonesia serta satu per satu mulai dilindungi agar
tidak punah dan juga dari tindakan yang tidak bertanggung jawab dari pihak-pihak
yang mengeruk keuntungan pribadi dari ikan maupun terumbu karang yang
dilindungi.
Secara umum berdasarkan pengamatan rekan dan penulis pribadi
seperti di Taman Laut Kepulauan Padaido di Biak, Papua Barat, Danau Toba di
Sumatera Utara dan Raja Basa di Bandar Lampung,
penyebab kemiskinan masyarakat bahari yaitu rendahnya kualitas sumber daya
manusia, kemudian lemahnya pemanfaatan dan penggunaan teknologi di bidang
kelautan dan perikanan, kurangnya promosi karena jaringan pemasaran yang
sempit, serta kesulitan dalam memperoleh modal untuk mengembangkan industri
kreatif wisata bahari.
Oleh karena itu dengan adanya kegiatan wisata bahari akan
menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar. Dampak yang muncul dari suatu
kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat
bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang muncul dari adanya dampak
ekonomi dapat bersifat langsung. Selain dampak positif langsung yang muncul,
ada dampak lain yang akan timbul, seperti dampak tidak langsung. Dampak tidak
langsung berupa aktivitas ekonomi masyarakat bahari setempat dari suatu
pembelanjaan pada suatu unit usaha penerima dampak langsung dan dampak
lanjutan. Dampak lanjutan ini nantinya dapat diartikan sebagai aktivitas
ekonomi masyarakat bahari setempat yang merupakan lanjutan dari tambahan
pendapatan masyarakat lokal.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata pada dasarnya
dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan untuk akomodasi, konsumsi yang baik
konsumsi tersebut dari rumah maupun di lokasi wisata, biaya perjalanan ke lokasi
wisata, pembelian souvenir, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya
pengeluaran wisatawan akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan
wisatawan dengan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata.
Peran laut Indonesia akan menjadi sangat penting dan strategis,
seiring dengan perpindahan pusat kegiatan ekonomi dunia sejak akhir abad ke 20
dari Poros Atlantik ke Poros Asia-Pasifik. Hampir 70 persen total perdagangan
dunia berlangsung diantara negara-negara di Asia-Pasifik. Sekitar 45 persen
dari seluruh komoditas dan produk yang diperdagangkan di dunia dengan nilai
1.500 trilyun dolar AS per tahun ditransportasikan melalui ALKI (UNCTAD, 2012).
Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS (2014) bahwa
di sektor jasa penyediaan tenaga kerja pelaut untuk kapal niaga, kapal pesiar,
dan kapal penumpang, potensi ekonominya pun luar biasa besarnya. Sejauh ini,
Indonesia merupakan negara pemasok tenaga pelaut terbesar ketiga di dunia dengan
nilai devisa sekitar 6 milyar dolar AS/tahun. Peringkat satu dan dua ditempati
China dan Filipina. Belum lagi sektor industri dan jasa maritim yang antara
lain, meliputi industri galangan kapal, perawatan kapal, mesin kapal, pabrik
jaring dan alat penangkapan ikan lain, kincir air tambak, pabrik pipa dasar
laut, fibre optic, anjungan migas lepas pantai, coastal and ocean
engineering, dan ramalan cuaca (weather forcast). Potensi ekonomi sektor
ini luar biasa besarnya. Sayangnya. hingga saat ini Indonesia masih mengimpor
hampir semua produk industri dan jasa maritim tersebut.
Dengan demikian solusi yang sebaiknya ditempuh yang pertama yaitu
agar pemerintah daerah bekerjasama dengan investor lokal maupun asing
memberikan pelatihan dan modal yang memadai terkait dengan pengembangan sumber
daya manusia maupun pengadaan fasilitas yang menunjang dalam mengoptimalkan
potensi wisata bahari. Caranya bisa memberikan modal dan pembinaan kepada
masyarakat bahari setempat untuk membangun infrasturktur. Kemudian dengan memberikan
pelatihan khusus untuk masyarakat pada bidang yang akan dipersiapkan seperti
pengelolaan taman laut, pengelolaan wisata air, pengelolaan galangan kapal,
pengelolaan wisata budaya, pemandu wisata, pegelolaan penginapan, dsb. Melalui
strategi ini diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengembangan
wisata bahari.
Kedua, pemerintah membuat perencanaan untuk mengembangkan
kawasan–kawasan wisata bahari sehingga dapat diketahui kawasan mana yang lebih
dapat cepat dijual potensi wisatanya dan kawasan mana yang memerlukan penataan
infrastruktur. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan aplikasi Delphi
sebagai penunjang dalam menentukan layak atau tidaknya suatu daerah menjadi
potensi wisata bahari. Dengan menempuh solusi kedua ini diharapkan pemerintah
dapat melihat hal-hal lain yang bisa digunakan menjadi sarana dan pra sarana
yang mendukung kegiatan wisata bahari melalui peran teknologi.
Ketiga, pemerintah dan investor turut serta mempromosikan kawasan–kawasan
wisata bahari secara berlanjut dan berkesinambungan melalui berbagai cara dan
media. Promosi yang dilakukan bisa melebihi promosi yang sudah ada. Misalnya
dengan menggunakan aplikasi pada smartphone. Disini pemerintah,
investor, dan pengembang aplikasi smartphone lokal, baik itu aplikasi berbasis
sistem operasi IOS, Android, maupun Windows Phone, bisa saling mengisi dalam
mempromosikan wisata bahari Indonesia. Caranya bisa dibuat aplikasi informasi
maupun permainan edukasi yang memberikan keterangan tempat wisata bahari yang
dapat dikunjungi. Jadi dengan memanfaatkan perangkat mobile seperti smartphone
diharapkan dapat menjadi nilai jual tersendiri dalam mempromosikan wisata
bahari Nusantara dan juga sekaligus dapat mengurangi ketimpangan dalam
penguasaan dan penggunaan teknologi dalam wisata bahari Indonesia.
Dengan demikian maka bukanlah hal yang mustahil bagi kita untuk mewujudkan
program Indonesia Poros Maritim Dunia lewat wisata bahari jika
digalakan dengan serius sejak saat ini. Mengingat kita sudah memiliki seorang ibu menteri kelautan dan perikanan yang memahami betapa besarnya potensi pemasukan
yang akan negara dan warga pesisir dapatkan jika hal ini dapat diwujudkan.
Semoga Kabinet Kerja dapat bekerja dan berkordinasi dengan baik demi mewujudkan cita-cita
bersama ini.
0 komentar:
Posting Komentar