Minggu, 16 Agustus 2015

Romansa Kaskus dan Clip on You : Ketika Pengguna Bukan Lagi Raja


 ilustrasi :  greendatacenterconference.com

Sebuah hubungan pertemanan antara perusahaan atau suatu merek kepada konsumen atau penggunanya merupakan impian setiap perusahaan atau merek itu sendiri. Siapapun penggunanya, mereka pastinya mengharapkan hubungan yang baik. Perusahaan juga tidak boleh meninggalkan
konsumen atau penggunanya begitu saja ketika telah berhasil menjual produknya. Namun disisi lain perusahaan juga tidak melayani konsumen atau pengguna layaknya raja dan menuruti semua keinginan mereka. Dalam situasi ini, perusahaan harus memperlakukan pengguna atau konsumennya layaknya teman dan peduli terhadap mereka.

Ada hal-hal yang patut kita jadikan pelajaran atas "kemesraan berjangka" antara Kaskus dan Clip on You yang melahirkan kontroversi bagi beberapa pengguna Kaskus yang mengalami hal-hal yang tidak diinginkan atas hadirnya iklan Clip on You di muka halaman Kaskus. Apa saja pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dari kontroversi tersebut?

1. Kaskus itu dibangun dengan melibatkan emosi. Pengguna membuat akun secara gratis, reputasi pengguna juga didapat dengan cara emosional, yaitu dengan membuat artikel yang bermutu dan unik, atau bisa juga dengan membuka usaha dan berdagang dengan semestinya tanpa ada unsur penipuan, yang pada akhirnya tercipta hierarki pengguna karena banyaknya artikel yang dibuat bermanfaat dan mendapat respek berupa reputasi yang disebut cendol atau bata merah. Jadi bisa dibilang, kontribusi pengguna adalah investasi pengguna untuk kaskus dan pengguna itu sendiri. Sehingga pengguna berpikir bahwa " Oh, ini lho gayanya kaskus". Maka dengan hal tersebut terciptalah ikatan antara kaskus dan pengguna sebagai aset dari kaskus itu sendiri.

2. Kaskus itu besar dengan adanya pengguna, dan pengguna tidak serta merta membesarkan kaskus secara individualis. Namun pengguna berhimpun menjadi satu dalam komunitas tertentu berdasarkan tentang usia tertentu, minat, hobby, atau bakat tertentu masing-masing pengguna. Inilah nilai budaya yang mungkin terlewatkan oleh kaskus ketika menerima iklan agen Taruhan atau Clip on You dalam perjalanannya. Kaskus mungkin lupa kalau konsumen atau penggunanya adalah orang Indonesia yang mengadopsi budaya Nusantara dan memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik dalam kehidupan para pengguna. Jadi perlunya memperhatikan dan mempertimbangkan atribut dan nilai budaya dalam memperoleh pendapatan kiranya sangat penting dalam mengambil keputusan.

3. Kalau sudah terlanjur salah langkah dan komplain bermunculan, maka harusnya biarkan saja pengguna marah, lalu setelah itu jelaskan, dan bukan di hukum dengan status hierarki Auto Banned. Ketika pengguna membuka halaman awal Kaskus, terpampanglah iklan Clip on You dengan menampilkan wajah para IGO yang cantik, ganteng, dan "kemayu" mulus seperti porselein yang penghasilannya ditaksir bisa mencapai ratusan juta dalam sebulan. Hal ini tentunya dapat memicu interpretasi pada orang awam yang ada bersama pengguna terhadap iklan yang ditampilkan. Tentunya bisa interpretasi yang negatif atau positif. Terlepas dari hal tersebut, kiranya Kaskus juga harus memperhatikan alasan yang digunakan untuk menjelaskan kepada penggunanya. Hal tersebut tidak hanya menyangkut pada persoalan moral dan menghabiskan kuota internet dalam mengakses halaman muka Kaskus saja sebagai efek bola saljunya ketika menampilkan iklan Clip on You. Namun seharusnya Kaskus lebih menerima masukan konsumen sebagai evaluasi terhadap materi konten yang akan diiklankan. Jadi pengguna yang memberikan masukan itu jangan diberikan hukuman dengan cara membumihanguskan akun pengguna dengan status Auto Banned, terlepas hierarki akun pengguna itu newbie atau addicted atau apapun itu/ Hargailah dan dengarkanlah pendapat pengguna, bagaimanapun pengguna adalah aset dari keluarga besar Kaskus. Jangan sampai uang yang sudah dihabiskan untuk membuat acara ulang tahun, sarasehan atau Gathering yang selama ini sudah diadakan dan jadi tradisi Kaskus untuk mengetahui kegelisahan dan keinginan para penggunanya jadi sia-sia belaka.

4. Layanan yang diberikan harus adil dan terkostumisasi, serta tidak fit for all. Zaman telah berubah, pengguna sudah dapat mengakses kaskus dengan beberapa sentuhan dalam smartphone yang mereka genggam. Pengguna juga sudah banyak yang cerdas dan kritis dalam menilai sebuah isu maupun konten yang dijual oleh sebuah perusahaan. Kenyataan yang ditemukan saat ini adalah Kaskus telah menjadi salah satu sarana dan media yang mendukung tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini bisa dilihat dengan melimpahnya produk-produk lokal maupun impor yang dijual di Forum Jual Beli (FJB) yang disediakan secara khusus untuk menampung aktifitas jual-beli kebutuhan para pengguna Kaskus maupun bukan pengguna kaskus karena canggihnya Search Engine Optimization (SEO) yang dimiliki Kaskus. Ada kisah sukses yang ditampilkan Kaskus yang menceritakan adanya Penjual yang mendapat Konsumen dari Tiongkok karena canggihnya SEO yang dimiliki Kaskus. Secara langsung Kaskus menjadi pemimpin dalam forum jual-beli berdasarkan komunitas dengan produk tertentu yang unik dan diminati masyarakat. Jadi Kaskus kedepannya harus aktif dan bisa memastikan bahwa konten layanan dan iklan yang ditampilkan tidak bermasalah dengan kuota yang akan dihabiskan pengguna ketika mengakses halaman kaskus. Disini saya tidak menekankan bahwa Kaskus harus membuat aplikasi versi ringan seperti Facebook Lite supaya bisa adil terhadap pengguna, karena pengguna juga harus memastikan kalau kuota yang digunakan untuk mengakses Kaskus tidak terbuang sia-sia hanya karena ada iklan yang menghabiskan kuota pengguna.

Dengan demikian inilah pelajaran yang bisa kita petik dari "perjalanan asmara" antara Kaskus dengan Clip on You dari sudut pandang penulis. Penulis juga menyadari bahwa walaupun pelajaran ini telah penulis sampaikan seobjektif mungkin, namun masih bisa didiskusikan dan dikembangkan dengan menyesuaikan Standar Operasional Perusahaan dan Nota Kesepahaman antara Kaskus dan Clip on You. Oleh karena itu para pembaca saya persilahkan berkomentar dengan baik dan objektif serta membangun setelah membaca tulisan sederhana ini.

0 komentar:

Posting Komentar