Sabtu, 12 Maret 2016

Asyiknya Latihan Berdialog Bahasa Inggris Di Kota Tua Jakarta

Foto: Dokumentasi Pribadi

 Siang ini (12 Maret 2016), saya secara tidak sengaja mengunjungi Kota Tua dalam rangka untuk menghilangkan penat atas janji yang dibatalkan ditengah jalan saat saya akan memenuhi janji tersebut di bilangan Margonda, Depok. Disana saya melihat berbagai macam objek. Mulai dari Sepeda Ontel, Custom Player yang menyerupai tuan-tuan dan nona-nona Belanda, tentara, Gatot Kaca yang melayang. kaisar dari Tiongkok, aneka kuliner, dan lain sebagainya. 


Namun setelah saya berputar untuk menikmati objek warisan peninggalan Batavia tempo dulu yang tertata rapi di Museum Sejarah Jakarta, ada sesuatu yang tidak biasa dan baru saya lihat. Saya melihat ada beberapa turis asing, baik laki-laki maupun perempuan yang sedang diajak bicara oleh para remaja yang usianya mungkin sekitar 15 sampai dengan 17 tahun jika dilihat dari perawakan dan cara bicaranya. 

Menurut saya ini pemandangan baru yang saya lihat di Kota Tua. Biasanya saya menikmati Kota Tua di hari biasa. Dimana Kota Tua sangat sepi dan hanya terdengar suara kendaraan yang lewat disekitarnya. Para remaja tersebut memulai dialog dengan cara yang beraneka ragam. Mulai yang secara langsung menghampiri turis asing dan bertanya mau diajak berdialog atau tidak, ada remaja yang mengajak turis untuk makan ke cafe Batavia, bahkan sampai ada yang mengajak turisnya untuk foto bersama yang mana istilah kekiniannya disebut wefie lalu baru diajak berdialog Bahasa Inggris. Respon para turis saya amati cukup banyak yang antusias. Namun ada juga yang menolak untuk diajak berdialog karena mungkin tidak berminat untuk berdialog atau ada urusan lain.

Para remaja berdialog dengan cara berkelompok. Biasanya dalam satu kelompok terdiri dari dua hingga enam orang remaja yang berdialog kepada satu atau dua turis asing. Dengan bermodalkan buku tulis, alat perekam, smartphone kekinian, pulpen, modal nekat, dan percaya diri, para remaja ini melakukan dialog dengan para turis yang mengujungi Kota Tua. Saya amati dialog yang mereka lakukan menyenangkan walaupun ketika saya sempat menguping sedikit, ada kesalahan dalam penggunaan kosa kata dan konsonan kata yang saya dengar dari percakapan yang mereka lakukan. Topik yang dipilih dalam dialog juga rata-rata mengenai Kota Tua atau Ibu Kota Jakarta itu sendiri. Misalnya bagaimana perasaan saat mengunjungi Kota Tua? Atau sudah mengunjungi Museum apa saja selama berada di Kota Tua? Atau apa alasan Tuan/Nyonya tinggal di Jakarta? Bahkan ada juga yang menanyakan bagaimana rasanya terjebak macet di Ibu Kota Jakarta? Bagi saya itu tidak masalah, karena mereka akan terus tumbuh dan belajar dari apa yang telah mereka lakukan hari ini, jika mereka mengevaluasinya.

Terlepas kegiatan yang dilakukan para remaja tersebut itu adalah tugas sekolah atau tugas remedial atas nilai pelajaran Bahasa Inggris mereka, saya terkesan dengan usaha yang mereka lakukan untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mereka. Zaman dahulu saat saya sekolah menengah atas, saya baru praktek dialog Bahasa Inggris dengan para turis asing di Bali pada saat kelas dua belas atau kelas tiga SMA. Tepatnya di Pantai Kuta Bali dalam rangka kegiatan Belajar Sambil Bertamasya atau lebih kita kenal dengan istilah Study Tour. Dengan demikian, para remaja generasi Z ini akan terus berkembang dan tiba pada saat persaingan antar Bangsa di ASEAN dimulai pada awal tahun ini. Kualitas sumber daya manusia juga harus mumpuni dan tidak hanya sebatas kemampuan berdasarkan minat saja. Namun juga kemampuan bahasa sangat diperlukan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini. Dimana segalanya tidak ada pembatas lagi antara negara ASEAN yang satu dengan negara ASEAN yang lainnya. Mulai dari pekerjaan sampai bisnis yang dilakukan pada suatu negara. Semua membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing yang baik.Semoga kita semua senantiasa menghadapi MEA ini dengan sikap mawas diri dan senantiasa belajar dan terus mengembangkan diri kita agar memperoleh hal yang kita inginkan kelak.

0 komentar:

Posting Komentar