Minggu, 03 Februari 2013

Vox Populi Republik Mimpi

Alkisah di sebuah negeri yang bernama Republik Indonesia Raya. Setelah 67 tahun kemerdekaan negeri tersebut, di awal Januari 2013 muncul banyak hal yang sekiranya membuat kaget dan muak banyak rakyat di negeri tersebut. Banyak sekali hal yang tidak selayaknya di contohkan figur pekerja dunia hiburan dengan cara menggunakan obat-obatan terlarang. Rakyatpun dibuat lelah juga dengan pemberitaan yang tidak bosan-bosannya terus mengabarkan perkembangan politik.


Hingar bingar politik juga tak luput dari obrolan di warung kopi, dimana penulis menulis tulisan ini, dan juga di warung kopi sederhana di dekat bilik rumah tetangga penulis yang cukup sederhana. Di sanalah tempat aspirasi sebagian kecil rakyat negeri ini ada dan siapapun bebas berpendapat serta mengutarakan unek-uneknya. Mulai dari cara memproses penguraian sampah sebelum dan pasca banjir, warga suatu daerah di ibukota negara yang kembali membuang sampah ke aliran sungai padahal sudah dilanda banjir pada tanggal 17 Januari 2013 Masehi, kemudian dilanjut pada cara pembuatan Cathinon menjadi Metanon yang dikonsumsi artis ternama saat ini, sampai kasus impor daging yang mengguncang salah satu partai politik. Seolah yang dulunya membahas Nyanyian burung Nazar dan tangisan kegalauan sang mantan Miss Indonesia di balik Teralis Besi, berganti menjadi topik yang lain begitu saja setelah menyeruput kopi yang ada di cangkir mereka masing-masing.

Ditambah lagi dengan adanya isu rasis terdahulu yang di ungkapkan dengan gaya sarkastik dari seorang lawyer yang karirnya timbul dan tenggelam hanya karena sensasi demi agar kantong terisi. Dari seorang yang mengerti hukum tetapi tidak mengaplikasikan hukum persamaan, yang menyerang kepada Wakil Gubernur Ibukota Jacatra yang kebetulan keturunan negeri Tiongkok dan lahir di negeri ini.Seakan rasisme merambat dari manapun, dari sepak bola, dari pemilihan pegawai perusahaan swasta, maupun dari pegawai negeri sekalipun.

Mengapa semua itu terjadi di negeri ini yang katanya tenggang rasa dan menghargai kerukunan antar ummat beragama? Jelas sudah diungkapkan dalam undang-undang maupun kitab-kitab tiap ummat beragama untuk berbuat baik dan hindari keburukan. Apakah keburukan itu tidak dapat lagi di minimalisir lagi untuk faktor menyeimbangkan dunia ini? Memang begitulah hidup, penuh dengan ketidakadilan dan kejutan lain yang indah pada waktunya. Penulis sendiri juga masih mencari makna kehidupan dari sisi sebuah kostum, apakah sebuah kostum yang dipakai itu untuk membentuk pribadi si penggunanya, atau penggunanya menciptakan kostum untuk membentuk kepribadiaanya? Sampai saat ini penulis belum mendapatkan jawaban yang obyektif dan cocok di hati penulis, bahkan belum ada yang bisa menjawab pertanyaan itu.

Kenapa sebuah kostum? Karena banyak orang yang pendapat dan yang menyatakan dari kostumlah seseorang bisa dinilai, dari kostumlah interpretasi seseorang bisa ditentukan. Namun apakah semudah itu penilaiannya? Tidak saudara-saudara pembaca sekalian. Banyak hal yang bisa dilihat dari aspek lain dari kehidupan di negara ini, dari kehidupan sehari-hari yang kita jalani. Banyak hal yang bisa kita pahami dan sampai pada hati kita masing-masing, tidak sekedar dari hafalan yang diucapkan dimulut, namun tidak turun ke tenggorokan, bahkan ke hati. Lebih dari itu, dengan kembali pada hal yang sesuai dengan norma, etos, dan adab dari hasil kebudayaan yang dihasilkan para leluhur terdahulu (local genius) mungkin semua belum terlambat untuk berproses menjadi lebih baik lagi.

Semoga Senin esok ketika kita bertebaran di muka bumi ini senantiasa memberikan hal yang positif dan membangun terhadap perdaban sebuah negeri yang masih bermimpi indah namun belum bangun untuk mewujudkannya. Hayatilah tiap peran dan pekerjaan yang kita lakoni setiap harinya, baik itu kecil maupun besar, ikhlaslah dalam menjalaninya. Mari kita upayakan agar selalu menghasilkan hal yang terbaik dari yang baik dari diri sendiri untuk ditularkan dan diduplikasikan sistem maupun semangatnya kepada orang tercinta, relasi, maupun orang lain agar negeri ini lebih terhormat dan bermartabat di mata dunia Internasional.


0 komentar:

Posting Komentar